BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dewasa ini banyak bermunculan
koperasi-koperasi baru, baik yang sudah mandiri maupun yang belum mandiri,
sehingga mengakibatkan persaingan dalam rangka mengembangkan usahanya. Untuk
mengantisipasi persaingan antar koperasi maupun badan usaha lainnya, diperlukan
suatu sistem pengolahan dan manajemen koperasi yang baik.
Menurut
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas azas kekeluargaan.
Menurut
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, menyebutkan
bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnyaserta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Manajemen
yang mampu menggunakan sumber daya secara efektifdan efisien merupakan
usaha untuk mendukung peningkatan pengelolaan koperasi yang membutuhkan
analisis terhadap laporan keuangan. Aspek keuangan sebagai salah satu sumber
daya strategis untuk menjalankan usaha kelangsungan hidup koperasi.
1
|
Menurut Sugiyarso (2011:11), laporan keuangan koperasi
merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban pengurus tentang tata
kehidupan koperasi. Laporan keuangan koperasi juga merupakan bagian dari sistem
pelaporan keuangan koperasi. Kinerja keuangan badan koperasi menunjukkan
kondisi keuangan yang dialami badan usaha bersangkutan, sebagaimana badan usaha
koperasi, kinerja keuangannya akan dapat diketahui dari laporan keuangan.
Untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan,
dapat dilakukan dengan beberapa rasio. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan,
kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari rasio yang diukur
diinterprestasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan.
Van Horne dalam Kasmir (2014:104), rasio keuangan
merupakan indeks yang menghubungkan 2 angka akuntansi dan diperoleh dengan
membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk
mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan
ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut
Martono dan Harjito (2002:53), secara garis besar ada 4 jenis rasio yang dapat
digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu: rasio
Likuiditas, rasio Aktivitas, rasio Solvabilitas/Leverage, dan rasio Profitabilitas (Rentabilitas).
Dalam menganalisis laporan keuangan
dapat digunakan metode dan teknik analisis untuk menentukan dan mengukur
hubungan antara pos-pos dalam laporan keuangan, sehingga dapat diketahui
penambahan masing-masing pos bila diperbandingkan. Hasil dari perbandingan
tersebut dapat digunakan untuk mengetahui tingkat dari Likuiditas,
Solvabilitas, Aktivitas dan Profitabilitas yang dapat menggambarkan suatu
kondisi kinerja keuangan yang dimiliki oleh KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Rasio keuangan yang digunakan pada
penelitian ini adalah 4 (empat) rasio karena disesuaikan dengan jenis koperasi
dan keterkaitan jenis pelaporan keuangan KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat dan dengan menggunakan rasio
keuangan tersebut dapat diketahui sejauh mana aktiva lancar yang dimiliki
koperasi mampu menutupi hutang jangka pendek koperasi, mengukur seberapa besar
asset koperasi dibiayai oleh hutang, untuk mengetahui sejauh mana koperasi
mampu menggunakan sumber daya yang dimiliki dalam melaksanakan aktivitas
usahanya, serta mengukur keefektifan koperasi dalam menghasilkan keuntungan.
Koperasi Amal Bakti merupakan salah
satu Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia (KPRI) yang menjalankan simpan
pinjam, pertokoan atau menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari dan kredit
barang yang melayani seluruh pegawaipada Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Baratyang beralamat Jalan Udayana Nomor 6 Mataram. Jumlah
anggota yang masih aktif pada koperasi
saat ini sebanyak 125 orang dari jumlah anggota koperasi pada saat pemeriksaan
tahun buku pada periode 2011-2014 yang setiap tahunnya mengalami penambahan dan
pengurangan yang diakibatkan oleh adanya anggota yang mengalami mutasi dan
pensiun.Setiap akhir tahun
pengurus koperasimengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT), dimana pengurus mempertanggung jawabkan laporan keuangan
yang meliputi neraca, laporan hasil usaha, dan catatanpenjelasan atas laporan keuangan. Laporan
keuangan tersebut merupakan bentuk pertanggung jawaban dari para pengurus
kepada seluruh anggota.
Dari
laporan pertanggungjawaban yang terdiri dari laporan hasil usaha dan laporan neraca
koperasidiketahui bahwa aktiva lancar, aktiva tetap, hutang lancar, modal
sendiri, dan Sisa Hasil Usaha (SHU)yang dimiliki KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat pada periode 2011-2014 terus
mengalami peningkatan dan penurunan yang berbeda-beda dari tahun ke tahunnya.Pada
tahun 2011 aktiva lancar yang dimiliki koperasi sebesar 519.280.670,00 dan pada
tahun 2012 mengalami peningkatanterhadap aktiva lancar sebesar 673.288.818,00
dari tahun sebelumnya, peningkatan ini disebabkan oleh lancarnya anggota dalam
mengangsur pinjaman kredit, lancarnya
penjualan dan kredit barang pada koperasi. Pada tahun 2013 terjadi penurunan
sebesar 649.667.100,00 dari tahun sebelumnya,
penurunan ini disebabkan oleh adanya akumulasi penyusutan, menurunnya
penjualan dan adanya angsuran yang belum ditagih. Kemudian pada tahun 2014
perolehan aktiva lancar koperasi mengalami peningkatan kembali yaitu sebesar 789.776.200,00
dari tahun sebelumnya.
Pada
aktiva tetap yang dimiliki koperasipada tahun 2011 sampai dengan 2014 terus
mengalami peningkatan dan penurunan yang berbeda-beda dari tahun ke tahunnya. Pada
tahun 2011 koperasi memiliki aktiva tetap sebesar 11.216.475,00 dan tahun 2012
aktiva tetap mengalami peningkatan sebesar 11.473.725,00 dari tahun sebelumnya,
peningkatan disebabkan oleh adanya penambahan pembelian aktiva tetap yang
berwujud dari hasil pendapatan koperasi. Pada tahun 2013 koperasi langsung
memasukkan aktiva tetap dengan saldo nilai buku dari tahun sebelumnya yaitu
sebesar 11.473.725,00 di karenakan aktiva tetap pada tahun 2012 tidak mengalami
akumulasi penyusutan. Kemudian pada tahun 2014 aktiva tetap koperasi mengalami
penurunan sebesar 10.680.225,00 disebabkan aktiva tetap mengalami akumulasi
penyusutan.
Dilihat dari perolehan hutang lancar
yang dimiliki koperasi pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 mengalami
peningkatan dan penurunan yang berbeda-beda dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011
koperasi memiliki hutang lancar sebesar 134.465.687,50 dan tahun 2012 hutang
lancar koperasi meningkat sebesar 163.647.495,09 peningkatan ini disebabkan
oleh besarnya kemampuan anggota untuk menabung melalui simpanan sukarela dan
setoran simpanan wajib konsisten dibayar oleh anggota. Pada tahun 2013 terjadi
penurunan sebesar 159.692.274,80 yang disebabkan oleh,kecilnya kemampuan
anggota untuk menabung melalui simpanan sukarela dan setoran simpanan wajib
tidak konsisten dibayar oleh anggota. Kemudian pada tahun 2014 hutang lancar
meningkat kembali sebesar 196.055.219.21 dari tahun sebelumnya.
Ekuitas atau modal sendiri yang
dimiliki oleh koperasi pada tahun 2011 sampai dengan 2014 terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahunnya. Pada Tahun 2011 koperasi memiliki modal
sendiri sebesar 411.843.344,75, tahun 2012 sebesar 538.454.060,31, tahun 2013
sebesar 544.316.125,00, dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan kembali
sebesar 625.758.138.19 hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan simpanan dari
anggota dan bertambahnya Sisa Hasil Usaha (SHU).
Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU)
yang dimiliki oleh koperasi pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 mengalami
peningkatan dan penurunan yang berbeda-beda dari tahun ke tahunnya. Pada tahun
2011 perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi sebesar 15.737.500, pada tahun
2012 Sisa Hasil Usaha (SHU) mengalami
peningkatan sebesar 53.590.825 dan pada tahun 2013 sebesar 58.627.869, hal ini
disebabkan oleh terjadinya peningkatan pendapatan koperasi setiap tahunnya.
Kemudian pada tahun 2014 perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) mengalami penurunan
sebesar 49.809.913 disebabkan di tahun ini pendapatan koperasi terjadi
penurunan.
Dalam
penelitian yang dilakukan Ni’mah (2011), “Analisis Kinerja KeuanganPada
Koperasi BMT Bina UsahaKecamatan Bergas Kabupaten Semarang periode 2007-2009”. Hasil penelitian yaitu analisis
likuiditas, Current Ratio pada tahun
2007-2009 memiliki angka yang berturut-turut yaitu 144,31%, 128,36% dan 125,95%
dimana ketiga angka rasio tersebut menunjukkan kriteria yang cukup baik dengan
demikian koperasi mempunyai harta yang cukup likuid dalam membayar kewajiban
jangka pendeknya.Quick Ratio,
menghasilkan angka berturut-turut dari tahun 2007-2009 sebesar 63,56%, 47,45%
dan 45,49% angka jauh dari standar dan dinyatakan tergolong sangat sehat, hal
ini disebabkan karena pada analisis tersebut koperasi mampu membayar kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa melibatkan persediaan. Rasio
Solvabilitas, Debt To Asset Ratio
periode 2007-2009 menghasilkan rasio yang kurang baik yaitu 72,31%, 74,70%, dan
76,78% ketiga angka menunjukkan angka di bawah standar, hal ini disebabkan
karena total aset koperasi tidak mampu menghasilkan kontribusi yang cukup
terhadap total hutang yang dimiliki koperasi. Debt To Equity Ratio, angka dari 2007-2009 menghasilkan angka rasio
yang sangat baik yaitu 18,03%, 10,07% dan 7,49% hal tersebut menjelaskan bahwa
modal sendiri sudah cukup solvabel dalam memenuhi seluruh kewajiban. Rasio
Profitabilitas, Return On Assets (ROA),
menghasilkan dari 2007-2009 secara berturut-turut yaitu 6,68% dengan kriteria
baik, 2,71% dengan kriteria cukup baik dan 7,41% dengan kriteria cukup baik
disebabkan karena koperasi mampu menggunakan aktivanya secara produktif
sehingga mampu menghasilkan SHU yang maksimal dengan kata lain koperasi
menunjukkan rentabilitas ekonomi yang cukup baik. Return On Equity (ROE), menghasilkan angka dari 2007-2009 yaitu
34,88% kriteria sangat baik, 12,89% kriteria cukup baik dan 12,30% dengan
kriteria cukup baik, hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa modal cukup
rentabel dalam menghasilkan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang maksimal.
Lain
pula penelitian yang dilakukan Prawitasari (2011),“Analisis Kinerja Keuangan
Ditinjau dari Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas di KUD Musuk Kabupaten
Boyolali periode 2005-2009”. Dari hasil analisis rasio dari tahun 2005-2009 likuiditas
yaitu Current Ratio menghasilkan
rata-rata sebesar 325% hal ini dilihat baik karena dapat dari 5 tahun terakhir
sudah melebihi standar yakni 200%. Rasio yang tertinggi diperoleh pada tahun
2007 sebesar 369%. Pada tahun 2008 dan 2009 nilai rasio lancar mengalami
penurunan yaitu 355% pada tahun 2008 dan turun 279% pada tahun 2009. Quick Ratio menghasilkan angka yang
berada di atas 200% yang menunjukkan bahwa rasio cepat tergolong baik. Dari
tahun 2005 rasio cepat menaik sampai puncaknya di tahun 2007 yaitu sebesar
366%, pada tahun 2008 nilai rasio cepat turun menjadi 342% dan semakin menurun
pada tahun 2009 yaitu sebesar 271%. Rasio Solvabilitas, Debt To Equity Ratio nilai yang di dapat tergolong baik karena
telah memenuhi standar sebesar 50% dengan rata-rata 59% nilai rasio cenderung
turun dari tahun ke tahun, dapat dilihat
nilai rasio tertinggi di capai di tahun dasar yaitu tahun 2005 sebesar
62%, rasio terendah dicapai pada tahun 2009 sebesar 56%. Debt To Assets Ratio, mengalami hasil fluktuasi, nilai rata-rata
rasio sebesar 389,79%. Pada tahun 2007, nilai rasio menurun sedikit dari tahun
sebelumnya yaitu 366,94% dari 396,47% nilai rasio tertinggi di capai pada tahun
2009 yaitu sebesar 444,87% secara keseluruhan
nilai rasio ini tergolong baik karena telah melebihi standar. Rasio
Profitabilitas, Return On Asset (ROA),
menghasilkan rata-rata sebesar 1,42%. Angka rasio terbesar dicapai pada tahun
2005 yaitu sebesar 1,72%, nilai menurun pada tahun 2006 sampai 2009 yaitu
sebesar 1,07% secara keseluruhan Return
On Asset (ROA)koperasi belum dapat memenuhi standar yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebesar 5% hal ini menunjukkan bahwa kemampuan koperasi
dalam menghasilkan Sisa Hasil Usaha (SHU) sebelum pajak dari total aktivanya
masih kurang sehat. Return On Equity
(ROE), menghasilkan rata-rata sebesar 2,10%. Nilai rasio ini mengalami
penurunan selama 5 tahun. Pada tahun 2007 nilai rasio sempat meningkat dari
tahun sebelumnya yaitu sebesar 2,34%. Nilai rasio terendah dicapai pada tahun
2009 yaitu sebesar 1,72%. Secara keseluruhan nilai rasio ini tergolong buruk karena kurang dari
standar yang ditentukan.
Dari hasil analisis yang dilakukan pada penelitian
terdahulu dapat di ketahui perbandingan hasil penelitian yaitu menurut penelitian yang dilakukanNi’mah (2011), bahwa secara keseluruhan rasio-rasio yang dianalisis dengan rasiolikuiditas,
solvabilitas dan rentabilitas sudah menghasilkan angka rasio yang cukup baik
dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hal yang perlu diperbaiki
dalam analisis rasio keuangan yaitu bahwa meskipun secara keseluruhan menghasilkan
angka yang cukup baik, tetapi lebih baik lagi jika diimbangi dengan
keseimbangan harta yang tidak hanya berasal dari piutang, karena piutang
memiliki kemungkinan adanya piutang yang tidak tertagih juga.Sedangkan menurut
Prawitasari (2011), dari hasil analisis rasio keuangan KUD Musuk yang dilakukan
dapat diketahui kinerja keuangan yang ditinjau dari rasio Likuiditas,
Solvabilitas mengalami kebaikan, dan rasio rentabilitas mendapatkan nilai yang
positif serta keadaan pos-pos dalam neraca pada KUD Musuk menunjukkan pos
aktiva menunjukkan trend
naik tiap tahunnya.
Berdasarkan
hal-hal yang telah diuraikan di atas serta mengingat pentingnya kinerja
keuangan bagi berkembangnya usaha koperasi, maka penulis memilih judul“Analisis Rasio Keuangan Sebagai Alat Penilai Kinerja Keuangan Pada KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat Periode 2011-2014".
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar
belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mencoba untuk
merumuskan masalah dalam bentuk pernyataan sebagai berikut : Bagaimana kinerja keuanganpada
KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat ditinjau dari Rasio Likuiditas, Solvabilitas,
Aktivitas dan Profitabilitas periode 2011- 2014?
1.3.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kinerja keuangan
pada KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara
Barat, ditinjau dari Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas
dan Profitabilitas periode 2011-2014.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademis
Secara akademis sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana
strata satu (S-1)program studi akuntansi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE
AMM) Mataram.
1.4.2.
Manfaat Teoritis
Manfaat
teoritis penelitian ini dimaksudkan sebagai tambahan pengetahuan, wawasan dan
sebagai referensi bagi ilmu ekonomi terutama mengenai analisis rasio keuangan
sebagai penilai kinerja keuangan koperasi.
1.4.3. Manfaat Praktis
Sebagai
masukan, alternatif, dan pertimbangan untuk melaksanakan keputusan-keputusan
bagi koperasi terkait dengan kinerja keuangan koperasi di waktu yang akan
datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian
Koperasi
Pada umumnya bagi
masyarakat Indonesia, koperasi sudah tidak asing lagi di kehidupan masyarakat
karena sudah banyak yang merasakan manfaat akan jasa koperasi dalam membantu
perekonomian masyarakat.
Menurut Tunggal
(2002:1), koperasi berasal dari bahasa asing Co-operation (Co=bersama, operation= usaha), koperasi berarti usaha bersama,
misalnya Koperasi Unit Desa (KUD) artinya usaha bersama masyarakat di satu
wilayah desa, Koperasi Pegawai Negeri artinya usaha bersama para pegawai
negeri. Koperasi pertanian dapat pula diartikan sebagai usaha bersama sejumlah
orang dalam bidang kebutuhan pertanian.
Menurut
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.
Sedangkan menurut
Hendrojogi (2004:46), koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung
secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, dan
budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara
demokratis.
2.1.2. Tujuan dan Prinsip-Prinsip Koperasi
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 Pasal 3, koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkanmasyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
11
|
Menurut Hendrojogi
(2004:46-48), prinsip-prinsip koperasi adalah sebagai berikut:
1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
2) Pengawasan demokratis oleh anggota;
3)Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi;
4) Otonomi dan kemandirian (Independence);
5) Pendidikan, pelatihan, dan penerangan ;
6) Kerja sama antar koperasi;
7) Kepedulian terhadap masyarakat.
2.1.3. Fungsi dan Peranan Koperasi
Fungsi koperasi Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1967, tentang Pokok –Pokok Perkoperasian:
a.
Alat
perjuangan ekonomi rakyat untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat.
b.
Alat
pendemokrasian ekonomi nasional.
c.
Sebagai
salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.
d.
Alat
pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu
dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat.
Peranan koperasi Menurut Undang-Undang
Nomor. 12 Tahun 1967, tentang Pokok-Pokok Perkoperasian:
a.
Mempersatukan,
mengarahkan, membina dan mengembangkan potensi, daya kreasi, daya usaha rakyat,
untuk meningkatkan produksi dan mewujudkan terciptanya pendapatan yang adil dan
kemakmuran yang merata.
b.
Mempertinggi
taraf hidup dan tingkat kecerdasan rakyat.
c.
Membina
kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi.
2.1.4. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Menurut Fahmi
(2012:45), analisis rasio keuangan sendiri dimulai dengan laporan keuangan
dasar yaitu dari neraca (Balance Sheet),
perhitungan rugi laba (Income Statement),
dan laporan arus kas (Cash Flow Statement).
Perhitungan rasio keuangan akan menjadi lebih jelas jika dihubungkan antara
lain dengan menggunakan pola historis perusahaan tersebut, yang dilihat
perhitungan pada sejumlah tahun guna menentukan apakah perusahaan membaik atau
memburuk, atau melakukan perbandingan dengan perusahaan lain dalam industri
yang sama.
Sedangkan menurut Harahap
(2010:297), analisis rasio yaitu suatu rasio yang mengungkapkan hubungan matematis
antara suatu jumlah dengan jumlah yang lainnya atau perbandingan antara pos
yang satu dengan pos yang lainnya, baik itu pos-pos neraca maupun pos-pos
laporan laba-rugi. Hubungan itu menjadi bermanfaat karena hubungan tersebut
memperlihatkan suatu hubungan yang bermakna. Rasio-rasio keuangan ini biasanya
dinyatakan dalam satuan persentase (%) atau ‘berapa kali’ pembilang
dibandingkan penyebutnya.
2.1.5. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Jenis-jenis rasio keuangan untuk mengukur kinerja
keuangan koperasi, adalah sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas
Menurut
Harahap (2010:301), rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung
melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan
utang lancar.
Menurut Kasmir (2014:129),
ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancarnya disebabkan oleh
banyak faktor yaitu salah satunya bisa dikarenakan perusahaan sedang tidak
memiliki dana sama sekali. Dalam praktiknya, tidak jarang juga pula perusahaan
mengalami kelebihan dana artinya jumlah dana tunai dan dana yang segera
dicairkan melimpah. Kejadian ini bagi perusahaan juga kurang baik karena ada
aktivitas yang tidak dilakukan secara optimal. Manajemen kurang mampu
menjalankan kegiatan operasional terutama dalam menggunakan dana yang dimiliki.
Sudah pasti hal ini akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian laba seperti
yang diinginkan.
Sedangkan menurut Sugiyarso
(2011:103), rasio likuiditas mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
Jenis-jenis rasio modal kerja (rasio
likuiditas) terdiri dari :
a.
Current Ratio(Rasio Lancar)
Menurut Kasmir (2014:134), Rasio Lancar
atau (Current Ratio) merupakan rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat di tagih secara keseluruhan. Dengan
kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban
jangka pendek yang segera jatuh tempo. Dari Hasil pengukuran rasio, apabila
rasio rendah, dapat dikatakan perusahaan kurang modal untuk membayar utang.
Namun, apabila hasil pengukuran tinggi, belum tentu kondisi perusahaan baik. Hal
ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin.
Sedangkan menurut Sugiyarso (2011:104), rasio
lancar adalah perbandingan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini
menunjukkan kemampuan aktiva lancar menutup kewajiban lancar.
Current
Ratio= Aktiva
Lancar x 100%
Hutang Lancar
|
b.
Quick Ratio(Rasio Cepat)
Menurut
Sugiyarso (2011:104), rasio cepat adalah perbandingan aktiva
lancar dikurangi sediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan
aktiva lancar yang likuid untuk menutupi kewajiban lancar.
Sedangkan menurut Martono dan
Harjito (2005:55), Quick Ratio
merupakan pertimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan dengan
jumlah hutang lancar.
Rasio Cepat = Aktiva Lancar - Persediaan x 100%
Hutang Lancar
|
2. Rasio
Solvabilitas
Menurut
Harahap (2010:306), rasio solvabilitas/leveragemerupakan
rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak
luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap
penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap rasio dan
pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa resiko keuangan
perusahaan.
Sedangkan
menurut Sugiyarso (2011:104), rasio solvabilitas/leverage adalah kemampuan perusahaan untuk membayar semua
utang-utangnya, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Rasio solvabilitas
diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total utang. Ukuran ini mensyaratkan
agar perusahaan mampu memenuhi semua kewajibannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang.Rasio solvabilitas yang mengukur tingkat perlindungan para
kreditur jangka panjang adalah perbandingan total aktiva dengan total
kewajiban. Rasio ini menunjukkan kemampuan seluruh aktiva dalam menutup seluruh
kewajiban koperasi.
Jenis-jenis rasio struktur
modal (rasio solvabilitas) terdiri dari :
a.
Debt To Equity Ratio
Menurut
Kasmir (2014:157), Debt To Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh
utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Sedangkan menurut Sugiyarso (2011:105), Debt To EquityRatio adalah perbandingan modal sendiri dengan total
kewajiban. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal sendiri (kekayaan bersih)
dalam menutup seluruh kewajiban koperasi.
Debt To Equity Ratio= Total Hutang x 100%
Modal Sendiri
|
b.
Debt To Asset Ratio
Menurut
Kasmir (2014:156), Debt To Asset Ratio
adalah rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total
utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan
dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva.
Sedangkan menurut Martono dan
Harjito (2005:59), Debt Ratio
merupakan rasio antara total hutang (Total
Debt) dengan total asset (total assets) yang dinyatakan dalam persentase.
Rasio hutang mengukur berapa persen asset perusahaan yang dibelanjai dengan hutang.
Debt To Asset Ratio= Total Hutang x 100%
Total Aktiva
|
3. Rasio Aktivitas(Activity Ratio)
Menurut Kasmir
(2014:172), rasio aktivitas (Activity Ratio)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber
daya manusia.
Sedangkan
menurut Martono dan Harjito (2005:56), Activity
Ratiomengukur sejauh mana efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola
asset-assetnya. Rasio aktivitas menganalisis hubungan antara laporan laba-rugi,
khususnya penjualan dengan unsur-unsur yang ada pada neraca, khususnya
unsur-unsur aktiva. Rasio aktivitas ini diukur dengan istilah perputaran
unsur-unsur aktiva yang dihubungkan dengan penjualan.
Jenis-jenis
rasio aktivitas terdiri dari :
a.
Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn
Over)
Menurut Kasmir (2014:185), Total Asset Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa
jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
Sedangkan
menurut Martono dan Harjito (2005:58), Total
Asset Turn Over (TATO) mengukur perputaran dari semua asset yang dimiliki
perusahaan. Total Asset Turn Overdihitung
dari pembagian antara penjualan dengan total assetnya.
TATO = Penjualan Bersih
Total Aktiva
|
b. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) Menurut
Kasmir (2014:182), rasio ini merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau
menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu.
WCTO = Penjualan
Bersih
Modal Kerja
|
4. RasioProfitabilitas
Menurut Kasmir (2014:196), rasioprofitabilitas
merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.
Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu
perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan
pendapatan investasi.
Sedangkan menurut Sugiyarso
(2011:105), rasio profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Jenis-jenis rasio profitabilitas
atau rentabilitas terdiri dari:
a.
Return On Assets (ROA) atau Return On Investment (ROI)
Menurut Kasmir
(2014:201), rasio yang menunjukkan hasil (Return)
atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Return On Assets (ROA) juga merupakan suatu ukuran tentang
efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.
Sedangkan menurut Sugiyarso (2011:107), Return On Investment(ROI) atau Return On Assets(ROA) disebut
rentabilitas aset, yang termasuk dalam kelompok aspek penilaian kemandirian dan
pertumbuhan. Rumusan rentabilitas aset tersebut diukur dengan membagi Sisa
Hasil Usaha (SHU) dengan total aktiva.
ROA =
Sisa Hasil Usaha (SHU) x
100%
Total Aset
|
b.
Return On Equity (ROE)
Menurut Kasmir
(2014:204), hasil pengembalian ekuitas atau Return
On Equity(ROE)atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan
efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik, artinya
posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
Sedangkan menurut Sugiyarso (2010:109), Return On Equity (ROE) atau sering
disebutrentabilitas modal sendiri, yang termasuk dalam kelompok aspek penilaian
kemandirian dan pertumbuhan koperasi juga. Rumusan Rentabilitas modal sendiri
tersebut diukur dengan membagi Sisa Hasil Usaha (SHU) bagian anggota dengan
Total Modal Sendiri.
ROE = Sisa Hasil Usaha (SHU) x100%
Total Modal Sendiri
|
2.1.6. Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio
Keuangan
a.Analisis
rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya menurutHarahap
(2010:298), keunggulan tersebut adalah :
2.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;
3.
Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain;
4.
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score);
5.
Mendstandarisir size
perusahaan;
6.
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”;
7.
Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di
masa yang akan datang.
b.Menurut Harahap (2010:298),
keterbatasan analisis rasio yaitu di samping keunggulan yang dimiliki analisis
rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari
sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Adapun
keterbatasan analisis rasio itu adalah :
1.
Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan
untuk kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau
laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:
a. Bahan
perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan
judgment yang dapat dinilai bias atau subyektif;
b. Nilai
yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah perolehan (cost) bukan harga pasar;
c. Klasifikasi
dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio;
d. Metode
pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh
perusahaan yang berbeda.
3.
Jika data menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
4.
Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5.
Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar
akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh
karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
2.1.7. Cara Menganalisis
Rasio Keuangan
Margaretha dalam Fahmi (2012:50), penganalisaan rasio keuangan ada
beberapa cara, di antaranya:
a. Analisis Horizontal/Trend Analysis, yaitu
membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu dengan
tujuan agar dapat dilihat trend dari
rasio-rasio perusahaan selama kurun waktu tertentu;
b. Analisis Vertikal, yaitu membandingkan data rasio
keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau
industri untuk waktu yang sama;
c. The Du Pont Chart berupa bagan yang
dirancang untuk memperlihatkan hubungan antara ROI, Asset Turn Over dan Profit Margin.
2.1.8. Pengertian Penilaian Kinerja keuangan
Secara
umum kinerja keuangan perusahaan
merupakan gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang
dinilai dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai
baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan keberhasilan
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Menurut
Fahmi (2012:2), Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Menurut
Menteri Keuangan RI berdasarkan keputusan NO.740/kmk/00/1989 tanggal 28 Juni
1989 bahwa yang dimaksud kinerja keuangan adalah prestasi yang di capai oleh
perusahaan dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari
perusahaan tersebut. Kinerja keuangan merupakan prestasi yang dicapai oleh
perusahaan pada saat tertentu dengan menggunakan perhitungan berdasarkan tolak
ukur analisa rasio yang didasarkan pada laporan keuangan. Pengukuran kinerja
sangat penting dilakukan dengan tujuannya untuk
menilai efektivitas dan efisiensi perusahaan.
2.1.9. Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan
Menurut Munawir (2010:31) dalam
Sukmawandari, pengukuran kinerja keuangan perusahaan mempunyai beberapa tujuan
di antaranya:
1. Untuk mengetahui
tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih.
2. Untuk
mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
3. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan
rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode
tertentu yang dibandingkan dengan penggunaan asset atau ekuitas secara
produktif.
4. Untuk mengetahui tingkat aktivitas usaha,
yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar
tetap stabil, yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam membayar pokok utang
dan beban bunga tepat waktu.
Tabel 2.1. Standar Penilai Kinerja Keuangan Berdasarkan
Keputusan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah RI No.22/PER/M.KUKM/IV/2007,
dapat ditampilkan dalam bentuk tabel di bawah ini:
KOMPONEN
|
STANDAR
|
NILAI
|
KINERJA
|
1.
Rasio Likuiditas
a. Rasio Lancar (Current
Ratio)
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
|
175%-200%
150%-174%
125%-149%
100%-125%
<100%
atau >200%
175%-200%
150%-174%
125%-149%
100%-125%
<100%
atau >200%
|
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
|
Sangat
Sehat
Sehat
Cukup
Sehat
Kurang
Sehat
Buruk
Sangat
Sehat
Sehat
Cukup
Sehat
Kurang
Sehat
Buruk
|
2.
Rasio Solvabilitas
a. Rasio Modal
Sendiri atas Kewajiban (Debt To Equity Ratio)
b. Rasio Aktiva
sendiri atas Kewajiban (Debt To Total
asset)
|
≤ 40%
50%-39%
60%-49%
80%-59%
>80%
≤ 40%
50%-39%
60%-49%
80%-59%
>80%
|
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
|
Sangat
Sehat
Sehat
Cukup
Sehat
Kurang
Sehat
Buruk
Sangat
Sehat
Sehat
Cukup
Sehat
Kurang
Sehat
Buruk
|
3.
Rasio Aktivitas
a. Perputaran Total
aktiva (Total Asset turn over)
b. Perputaran Modal
kerja (Working Capital Turn Over)
|
>100
kali
75
kali-100 kali
50
kali-75 kali
25
kali-50 kali
<25
kali
>100
kali
75
kali-100 kali
50
kali-75 kali
25
kali-50 kali
<25
kali
|
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
|
Sangat
Sehat
Sehat
Cukup
Sehat
Kurang
Sehat
Buruk
Sangat
Sehat
Sehat
Cukup
Sehat
Kurang
Sehat
Buruk
|
4.
Rasio Profitabilitas
a. Return On Assets (ROA)
b.Return On Equity
(ROE)
|
>15%
12%>15%
8%-11%
4%-7%
<4%
>15%
12%>15%
8%-11%
4%-7%
<4%
|
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
|
Sangat
Sehat
Sehat
Cukup
Sehat
Kurang
Sehat
Buruk
Sangat
Sehat
Sehat
Cukup
Sehat
Kurang
Sehat
Buruk
|
Sumber: Keputusan MenteriKoperasi dan Usaha Kecil Menengah RI
No.22/PER/M.KUKM/IV/2007.
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu
Ni’mah (2011), “Analisis Kinerja KeuanganPada
Koperasi BMT Bina UsahaKecamatan Bergas Kabupaten Semarang periode 2007-2009”.Hasil penelitian yaitu analisis
likuiditas, Current Ratio pada tahun
2007-2009 memiliki angka yang berturut-turut yaitu 144,31%, 128,36% dan 125,95%
dimana ketiga angka rasio tersebut menunjukkan kriteria yang cukup baik dengan
demikian koperasi mempunyai harta yang cukup likuid dalam membayar kewajiban
jangka pendeknya.Quick Ratio,
menghasilkan angka berturut-turut dari tahun 2007-2009 sebesar 63,56%, 47,45%
dan 45,49% angka jauh dari standar dan dinyatakan tergolong sangat sehat, hal
ini disebabkan karena pada analisis tersebut koperasi mampu membayar kewajiban
jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa melibatkan persediaan. Rasio
Solvabilitas, Debt To Asset Ratioperiode
2007-2009 menghasilkan rasio yang kurang baik yaitu 72,31%, 74,70%, dan 76,78%
ketiga angka menunjukkan angka di bawah standar, hal ini disebabkan karena
total aset koperasi tidak mampu menghasilkan kontribusi yang cukup terhadap
total hutang yang dimiliki koperasi. Debt
To Equity ratio, angka dari 2007-2009 menghasilkan angka rasio yang sangat
baik yaitu 18,03%, 10,07% dan 7,49% hal tersebut menjelaskan bahwa modal sendiri
sudah cukup solvabel dalam memenuhi seluruh kewajiban. Rasio Profitabilitas, Return On Assets (ROA), menghasilkan
dari 2007-2009 secara berturut-turut yaitu 6,68% dengan kriteria baik, 2,71%
dengan kriteria cukup baik dan 7,41% dengan kriteria cukup baik disebabkan
karena koperasi mampu menggunakan aktivanya secara produktif sehingga mampu
menghasilkan Sisa Hasil Usaha(SHU) yang maksimal dengan kata lain koperasi
menunjukkan rentabilitas ekonomi yang cukup baik. Return On Equity (ROE), menghasilkan angka dari 2007-2009 yaitu
34,88% kriteria sangat baik, 12,89% kriteria cukup baik dan 12,30% dengan
kriteria cukup baik, hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa modal cukup
rentabel dalam menghasilkan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang maksimal.
Prawitasari
(2011),“Analisis Kinerja Keuangan Ditinjau dari Likuiditas, Solvabilitas, dan
Rentabilitas di KUD Musuk Kabupaten Boyolali periode 2005-2009”. Dari hasil
analisis rasio dari tahun 2005-2009 likuiditas yaitu Current Ratio menghasilkan rata-rata sebesar 325% hal ini dilihat
baik karena dapat dari 5 tahun terakhir sudah melebihi standar yakni 200%.
Rasio yang tertinggi diperoleh pada tahun 2007 sebesar 369%. Pada tahun 2008
dan 2009 nilai rasio lancar mengalami penurunan yaitu 355% pada tahun 2008 dan
turun 279% pada tahun 2009. Quick Ratio
menghasilkan angka yang berada di atas 200% yang menunjukkan bahwa rasio cepat
tergolong baik. Dari tahun 2005 rasio cepat menaik sampai puncaknya di tahun
2007 yaitu sebesar 366%, pada tahun 2008 nilai rasio cepat turun menjadi 342%
dan semakin menurun pada tahun 2009 yaitu sebesar 271%. Rasio Solvabilitas, Debt To Equity Ratio nilai yang di dapat
tergolong baik karena telah memenuhi standar sebesar 50% dengan rata-rata 59%
nilai rasio cenderung turun dari tahun ke tahun, dapat dilihat nilai rasio tertinggi di capai di tahun dasar
yaitu tahun 2005 sebesar 62%, rasio terendah dicapai pada tahun 2009 sebesar
56%. Debt To Assets Ratio, mengalami
hasil fluktuasi, nilai rata-rata rasio sebesar 389,79%. Pada tahun 2007, nilai
rasio menurun sedikit dari tahun sebelumnya yaitu 366,94% dari 396,47% nilai
rasio tertinggi di capai pada tahun 2009 yaitu sebesar 444,87% secara keseluruhan nilai rasio ini
tergolong baik karena telah melebihi standar. Rasio Profitabilitas, Return On Asset (ROA), menghasilkan
rata-rata sebesar 1,42%. Angka rasio terbesar dicapai pada tahun 2005 yaitu
sebesar 1,72%, nilai menurun pada tahun 2006 sampai 2009 yaitu sebesar 1,07%
secara keseluruhan Return On Asset (ROA)koperasi
belum dapat memenuhi standar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar
5% hal ini menunjukkan bahwa kemampuan koperasi dalam menghasilkan Sisa Hasil
Usaha (SHU) sebelum pajak dari total aktivanya masih kurang sehat. Return On Equity (ROE), menghasilkan
rata-rata sebesar 2,10%. Nilai rasio ini mengalami penurunan selama 5 tahun.
Pada tahun 2007 nilai rasio sempat meningkat dari tahun sebelumnya yaitu
sebesar 2,34%. Nilai rasio terendah dicapai pada tahun 2009 yaitu sebesar
1,72%. Secara keseluruhan nilai rasio
ini tergolong buruk karena kurang dari standar yang ditentukan.
Isnawati (2012), "Analisa Rasio Keuangan Sebagai Alat Penilai
Kinerja Keuangan Pada Koperasi Sentosa Samarinda Seberang".Berdasarkan hasil analisis, diperoleh hasil pertumbuhan
rasio likuiditas pada Cash Ratio untuk
tahun 2010 dan 2011 sebesar 38,6 % dan tahun2011 dan 2012 Sebesar 140 %, dan Current Ratio untuk
tahun 2010 dan 2011 sebesar 15,35 %, tahun 2011 dan 2012 sebesar 35,40 %, dari
hasil perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan rasio ini meningkat,
berarti kinerja keuangan koperasi membaik. Maka jelas rasio likuiditas mampu
untuk membayar hutang jangka pendek dengan aktiva lancar.Sedangkan pertumbuhan
rasio ditinjau dari rasio leverage yang diukur dengan Total Debt To Equity pada
tahun 2010 dan 2011 sebesar (25,36%), tahun 2011 dan 2012 sebesar (41,2%) dan Total
Debt To Total Capital Asset tahun
2010 dan 2011 sebesar (12,59%), tahun 2011 dan 2012 sebesar (25,9%), dari hasil
perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan rasio ini menurun, berarti
kinerja keuangan koperasi membaik, maka rasio leverage menunjukkan berapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan
hutang, semakin menurun jumlah hutang maka jumlah aktiva perusahaan pun akan
semakin bertambah.Sementara pertumbuhan rasio ditinjau dari rasio aktivitas
yang diukur dengan rasio Total Asset Turn Over
untuk tahun 2010 dan 2011 sebesar 9,09 %, tahun 2011 dan 2012 sebesar 61,45 %,
dan Working Capital Turn Over tahun 2010 dan 2011 sebesar (10,54%),
tahun 2011 dan 2012 sebesar 24,52 % dari perhitungan tersebut dapat dilihat
bahwa pertumbuhan rasio ini meningkat meskipun dari rasio Working Capital Turn Over
pada tahun 2010 dan 2011 mengalami penurun tetapi pada tahun 2011 dan 2012
meningkat, berarti kinerja keuangan koperasi membaik, maka semakin cepat
perputaran aktiva akan semakin baik buat koperasi untuk menghasilkan laba.
Budiarti (2013)“Analisis Kinerja
Keuangan Pada KoperasiSerba Usaha “Ida” JemberPeriode 2010-2012”.Hasil penelitian ini menunjukkan
rata-rata 1,66 dalam setiap Rp.1 hutang lancar akan dijamin oleh Rp.1,66 bahwa
Rasio Lancar (Current Ratio) dan Rasio Kas (Cash Ratio) tahun
2010-2012 menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang belum cukup
baik sedangkan untuk Rasio Cepat (Quick Ratio) tahun 2010-2012 menghasilkan
rata-rata 168,41% menunjukkan kemampuan dalam menjamin hutang lancar baik.
Untuk Total Debt To TotalEquity Ratio untuk tahun 2010-2012 menghasilkan
rata-rata 149,32% menunjukkan kemampuan
koperasi untuk memanfaatkan modal sendiri kurang baik sedangkan untuk Total
Debt To TotalAssets tahun 2010-2012 menghasilkan rata-rata 59,48% menunjukkan
kemampuan koperasi dalam memanfaatkan total aktiva dalam menjamin hutang baik.
Untuk Earning Power Of TotalInvestment tahun 2010-2012 menghasilkan
rata-rata 1,33% menunjukkan kemampuan koperasi untuk menghasilkan keuntungan
masih kurang baik dan untuk Rate Of Return On NetWorth tahun 2010-2012 menghasilkan
rata-rata 3,17% menunjukkan bahwa kemampuan untuk menghasilkan keuntungan masih
kurang baik. Untuk Kinerja Keuangan berdasarkan Standar Kriteria Keuangan
Departemen Koperasi menunjukkan hasil tahun 2010 dan 2011 tingkat kesehatan
keuangan koperasi belum bisa dikategorikan sehat, namun untuk tahun 2012
tingkat kesehatan keuangan koperasi dikategorikan sehat.
Rusieni
(2013), “Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas Pada KSP
Swastika Mataram periode 2010-2012”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat rasio likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas pada KSP
Swastika Mataram periode 2010-2012 dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan terjadinya kenaikan/penurunan rasio Likuiditas, Solvabilitas,
Profitabilitas pada KSP Swastika Mataram periode 2010-2012. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rasio likuiditas KSP Swastika Mataram pada tahun 2010 sebesar
18,34%, tahun 2011 meningkat menjadi 33,32% dan menurun di tahun 2012 menjadi
26, 02%. Tingkat Cash Ratio KSP
Swastika Mataram pada tahun 2010 dapat dinyatakan dalam keadaan cukup baik
karena Cash Ratio berada di atas 20%.
Rasio Solvabilitas KSP Swastika Mataram tahun 201 sebesar 6,09%, tahun 2011
meningkat menjadi 6,23% dan tahun 2012 sebesar 6,22. Rasio modal sendiri
terhadap total aktiva KSP Swastika dalam periode 2010 hingga 2012 dinyatakan
dalam keadaan kurang baik karena selama periode tersebut berada di bawah 20%.
Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat pertumbuhan penumpukan modal sendiri yang
tidak lancar. Rasio profitabilitas pada tahun 2010 adalah sebesar 1,63%, tahun
2011 menurun menjadi 1,53% dan tahun 2012 sebesar 1,45%. Secara umum Return On Assets (ROA) KSP Swastika Mataram
dapat dinyatakan dalam kondisi yang kurang baik karena berada di bawah 5%. Hal
ini dapat disebabkan karena adanya penumpukan aktiva yang menganggur sehingga
menyebabkan tidak berfungsinya kemampuan menghasilkan laba secara optimal,
serta besarnya piutang yang mengendap sehingga membuat perputaran pinjaman
tidak efektif. Return On Equity (ROE)
pada tahun 2010 adalah sebesar 26,44%, tahun 2011 menurun menjadi 22,34% dan
kembali meningkat di tahun 2012 sebesar 23,29%. Return On Equity (ROE)KSP Swastika Mataram dapat dinyatakan dalam
kondisi sangat baik karena berada di atas 5%. Hal ini dapat disebabkan
meningkatnya jumlah biaya-biaya yang terjadi pada periode tersebut sehingga
laba yang diperoleh pun semakin mudah.
Untuk lebih jelasnya perbedaan dan persamaan antara
penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan saat ini adalah: Lima
penelitian terdahulu mengambil obyek serta tahun penelitian pada Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang periode 2007-2009, Kabupaten Boyolali
periode 2005-2009, Kota Samarinda Seberang
periode 2011-2012, Kota JemberPeriode
2010-2012, Kota Mataram
periode 2010-2012,sedangkan penelitian saat ini akan
dilakukan di Kota Mataram Provinsi
Nusa Tenggara Barat periode 2011-2014. Penelitian yang dilakukan oleh Ni’mah (2011)dengan judulAnalisis Kinerja
KeuanganPada Koperasi BMT Bina UsahaKecamatan Bergas Kabupaten Semarang periode
2007-2009, Prawitasari (2011) Analisis Kinerja Keuangan Ditinjau dari Likuiditas,
Solvabilitas, dan Rentabilitas di KUD Musuk Kabupaten Boyolali periode
2005-2009, Isnawati (2012), "Analisa Rasio Keuangan
Sebagai Alat Penilai Kinerja Keuangan Pada Koperasi Sentosa Samarinda
Seberang", dan penelitian dari Budiarti (2013),Analisis Kinerja
Keuangan Pada KoperasiSerba Usaha “Ida” JemberPeriode 2010-2012. Kemudian
penelitian dari Rusieni
(2013), “Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas Pada KSP
Swastika Mataram periode 2010-2012”. Ke limapenelitian
tersebut memiliki kesamaan satu sama lainnya yaitu jenis penelitian deskriptif,
sama-sama meneliti obyek koperasi, sama-sama
memiliki tujuan penelitian yang menilai kinerja keuangan menggunakan rasio
keuangan, namun yang berbeda hanya tahun penelitian dan obyek yang diteliti
serta rasio keuangan yang digunakan sedikit berbeda karena ada yang
menggunakan rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas kemudian ada juga
yang menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas dan aktivitas. Perbedaannya dan persamaan ke lima penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang. Persamaannya yaitu sama-sama memiliki jenis
penelitian deskriptif dan bertujuan mengukur kinerja keuangan koperasi. Obyek penelitian terdahulu dari Ni’mah (2011) pada Koperasi BMT
Bina usaha Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, Prawitasari (2011) pada KUD
Musuk Kabupaten Boyolali, Isnawati (2012), Pada Koperasi Sentosa Samarinda
Seberang", Budiarti (2013) pada KoperasiSerba Usaha “Ida” JemberPeriode 2010-2012.
Kemudian penelitian dari Rusieni (2013) pada KSP Swastika Mataram periode 2010-2012”. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan saat ini mengambil obyek
pada KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Kemudian alat analisis rasio keuangan yang digunakan penelitian
terdahulu yaitu: Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas, maupun Rasio
Likuiditas, Solvabilitas dan Aktivitas sedangkan penelitian sekarang
menggunakan rasio yang lebih lengkap yaitu rasioLikuiditas, Solvabilitas,
Profitabilitas dan Aktivitas.
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis
Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Nazir (2014:43),
penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptifyaitu
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang
di selidiki.
3.2. Variabel Penelitian
3.2.1. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini
variabel-variabel yang menjadi obyek pengamatan yang perlu diidentifikasi guna
mempermudah dalam melakukan penelitian yang meliputi:
1.
Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
b. Quick Ratio
2.
Rasio Solvabilitas
a. Debt To Equity Ratio
b. Debt To Assets Ratio
31
|
3.
Rasio Aktivitas
a. Total Assets Turn Over
b. Working Capital Turn Over
4.
Rasio Profitabilitas
a. Return On Assets (ROA)
b. Return On Equity (ROE)
3.2.2. Definisi Operasional Variabel
1. Rasio Likuiditas
Menurut Sugiyarso (2011:103), rasio
likuiditas mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
Jenis-jenis rasio modal kerja (rasio
likuiditas) terdiri dari :
a.
Current Ratio(Rasio Lancar)
Menurut
Sugiyarso (2011:104), rasio lancar adalah perbandingan aktiva
lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar
menutup kewajiban lancar.
b. Quick
Ratio (Rasio Cepat)
Menurut Sugiyarso (2011:104), rasio
cepat adalah perbandingan aktiva lancar dikurangi sediaan dengan hutang lancar.
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang likuid untuk menutupi
kewajiban lancar.
2. Rasio Solvabilitas
Menurut Sugiyarso (2011:104), rasio
solvabilitas/leverageadalah kemampuan
perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya, baik utang jangka pendek maupun
utang jangka panjang. Rasio solvabilitas diukur dengan perbandingan antara
total aktiva dengan total utang. Ukuran ini mensyaratkan agar perusahaan mampu
memenuhi semua kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.Rasio
solvabilitas yang mengukur tingkat perlindungan para kreditur jangka panjang
adalah perbandingan total aktiva dengan total kewajiban. Rasio ini menunjukkan
kemampuan seluruh aktiva dalam menutup seluruh kewajiban koperasi. Jenis-jenis
rasio struktur modal (rasio solvabilitas) terdiri dari :
a.
Debt To Equity Ratio
Menurut Sugiyarso
(2011:105), Debt To EquityRatio
adalah perbandingan modal sendiri dengan total kewajiban. Rasio ini menunjukkan
kemampuan modal sendiri (kekayaan bersih) dalam menutup seluruh kewajiban
koperasi.
b.
Debt To Asset Ratio
Menurut
Kasmir (2014:156), Debt To Asset Ratio
adalah rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total
utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan
dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap
pengelolaan aktiva.
3. Rasio Aktivitas(Activity Ratio)
Menurut Kasmir
(2014:172), rasio aktivitas (Activity Ratio)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber
daya manusia.Jenis-jenis rasio aktivitas terdiri dari:
a.
Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn
Over)
Menurut Kasmir (2014:185), Total Asset Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa
jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
b. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) Menurut
Kasmir (2014:182), rasio ini merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau
menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu.
4.
RasioProfitabilitas
Menurut Sugiyarso (2011:105), rasio
profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Jenis-jenis rasio profitabilitas atau rentabilitas
terdiri dari:
a.
Return On Assets(ROA) atau Return On Investment (ROI)
Menurut Sugiyarso (2011:107), Return On Investment (ROI) atau Return On Assets (ROA) disebut
rentabilitas asset, yang termasuk dalam kelompok aspek penilaian kemandirian
dan pertumbuhan. Rumusan rentabilitas aset tersebut diukur dengan membagi Sisa
Hasil Usaha (SHU) dengan total aktiva.
b.
Return On Equity (ROE)
Menurut Sugiyarso (2010:109), Return On Equity (ROE) atau sering
disebutrentabilitas modal sendiri, yang termasuk dalam kelompok aspek penilaian
kemandirian dan pertumbuhan koperasi juga. Rumusan Rentabilitas modal sendiri
tersebut diukur dengan membagi Sisa Hasil Usaha (SHU) bagian anggota dengan
Total Modal Sendiri.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode dokumentasiyaitu
merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengambil data
secara langsung (dokumentasi) dari instansi yang bersangkutan. Dokumentasi ini
dilakukan bertujuan agar dapat mendapatkan bukti tertulis dari pihak yang
bersangkutan. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan yaitu laporan
pertanggung jawaban yang terdiri darilaporan neraca dan laporan hasil usaha
periode 2011-2014 yang ada pada KPRI Amal Bakti Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat.
3.4. Jenis
dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis
data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Menurut Teguh
(2005:118), data kuantitatif merupakan data statistik berbentuk
angka-angka, baik secara langsung digali dari hasil penelitian maupun
pengolahan data kualitatif menjadi data kuantitatif. Dalam penelitian ini yang
tergolong data kuantitatif adalah data laporan pertanggung Jawaban berupa laporan neraca dan laporan hasil usaha
periode2011-2014 yang ada pada KPRI Amal Bakti Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2.Sumber
Data
Sumber data yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Teguh
(2005:121), data
sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan
pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya, baik berupa data kualitatif
maupun data kuantitatif. Dalam penelitian ini, data sekunder yang diperoleh
peneliti berasal dari laporan pertanggungjawaban yang telah tersusun sebagai
dokumen resmi, oleh pengurus koperasi yang diperbolehkan untuk di publikasikan
oleh instansi serta relevan sebagai sumber data penelitian,
seperti laporan pertanggung Jawaban koperasi yang terdiri dari laporan neraca dan laporan hasil usaha
periode 2011-2014 yang ada pada KPRI Amal Bakti Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat.
3.5. Prosedur
Analisis Data
Prosedur analisis
data yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, karena hanya menggambarkan kondisi kinerja keuangan
perusahaan melalui perhitungan kuantitatif beberapa rasio keuangan. Penelitian yang
dilakukan oleh penulis merupakan penelitian tentang analisis rasio keuangan sebagai alat penilaian
kinerja keuangan pada KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Baratperiode 2011-2014yang dianalisis dengan cara membandingkan tingkat rasio.Rumus yang digunakan untuk mengkaji analisis data, antara
lain :
1. Rasio Likuiditas
Jenis-jenis rasio modal kerja (rasio likuiditas)
terdiri dari :
a.Current Ratio (Rasio Lancar)
Current
Ratio= Aktiva
Lancar x 100%
Hutang Lancar
|
Standar penilaian kinerja keuangan Current Ratio, apabila mendapat hasil 175%-200%
dinyatakan dengan nilai 5 maka kinerja keuangannya dikatakan sangat sehat,
150%-174% dinyatakan dengan nilai 4 maka kinerja keuangannya dikatakan sehat,
125%-149% dinyatakan dengan nilai 3 maka kinerja keuangannya dikatakan cukup
sehat, 100%-125% dinyatakan dengan nilai2 maka kinerja keuangannya dikatakan
kurang sehat, <100% atau >200%dinyatakan dengan nilai 1 maka kinerja
keuangannya dikatakan buruk.
b. Quick
Ratio(Rasio Cepat)
Rasio Cepat = Aktiva Lancar- Persediaan x 100%
Hutang Lancar
|
Standar penilaian kinerja keuangan Quick Ratio,apabila mendapat hasil 175%-200%
dinyatakan dengan nilai 5 maka kinerja keuangannya dikatakan sangat sehat,
150%-174% dinyatakan dengan nilai 4 maka kinerja keuangannya dikatakan sehat,
125%-149% dinyatakan dengan nilai 3 maka kinerja keuangannya dikatakan cukup
sehat, 100%-125% dinyatakan dengan nilai 2 maka kinerja keuangannya dikatakan
kurang sehat, <100% atau >200%dinyatakan dengan nilai 1 maka kinerja
keuangannya dikatakan buruk.
2.
Rasio Solvabilitas
Jenis-jenis rasio struktur modal (rasio
solvabilitas) terdiri dari :
a.
Debt To Equity Ratio
Debt To Equity Ratio= Total Hutang x 100%
Modal Sendiri
|
Standar
penilaian kinerja keuanganDebt
To Equity Ratio,apabila mendapat hasil ≤40% dinyatakan dengan nilai 5 maka
kinerjanya dikatakan sangat sehat, 50%-39% dinyatakan dengan nilai 4 maka
kinerja keuangannya dikatakan sehat, 60%-49% dinyatakan dengan nilai 3 maka
kinerja keuangannya dikatakan cukup sehat, 80%-59% dinyatakan dengan nilai 2
maka kinerja keuangannya dikatakan kurang sehat, >80% dinyatakan dengan
nilai 1 maka kinerja keuangannya dikatakan buruk.
b. Debt To Asset Ratio
Debt To Asset Ratio= Total Hutang x 100%
Total Aktiva
|
Standar penilaian
kinerja keuangan Debt To Total Asset,apabila mendapat hasil ≤40%
dinyatakan dengan nilai 5 maka kinerjanya dikatakan sangat sehat, 50%-39%
dinyatakan dengan nilai 4 maka kinerja keuangannya dikatakan sehat, 60%-49%
dinyatakan dengan nilai 3 maka kinerja keuangannya dikatakan cukup sehat, 80%-59%
dinyatakan dengan nilai 2 maka kinerja keuangannya dikatakan kurang sehat, >80%
dinyatakan dengan nilai 1 maka kinerja keuangannya dikatakan buruk.
3.
Rasio Aktivitas(Activity Ratio)
Jenis-jenis
rasio aktivitas terdiri dari :
a. Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over)
TATO = Penjualan Bersih
Total Aktiva
|
Standar penilaian
kinerja keuanganTotal
Asset Turn Over, apabila mendapat hasil >100
kali dinyatakan dengan nilai 5 maka kinerja keuangannya dikatakan sangat sehat,
75 kali-100 kali dinyatakan dengan nilai 4 maka kinerja keuangannya dikatakan
sehat, 50 kali-75 kalidinyatakan dengan nilai 3 maka kinerja keuangannya
dikatakan cukup sehat, 25 kali-50 kali dinyatakan dengan nilai 2maka kinerja
keuangannya dikatakan kurang sehat, <25 kali dinyatakan dengan nilai 1maka kinerja
keuangannya dikatakan buruk.
b.
Perputaran Modal Kerja (Working Capital
Turn Over)
WCTO = Penjualan
Bersih
Modal Kerja
|
Standar penilaian
kinerja keuanganWorking Capital Turn Over,apabila mendapat hasil >100
kali dinyatakan dengan nilai 5 maka kinerja keuangannya dikatakan sangat sehat,
75 kali-100 kali dinyatakan dengan nilai 4 maka kinerja keuangannya dikatakan
sehat, 50 kali-75 kali dinyatakan dengan nilai 3 maka kinerja keuangannya
dikatakan cukup sehat, 25 kali-50 kali dinyatakan dengan nilai 2 maka kinerja
keuangannya dikatakan kurang sehat, <25 kali dinyatakan dengan nilai 1 maka kinerja
keuangannya dikatakan buruk.
4. Rasio Profitabilitas
Jenis-jenis
rasio profitabilitas atau rentabilitas terdiri dari:
a.
Return On Assets (ROA)atau Return On Investment (ROI)
ROA = Sisa
Hasil Usaha (SHU) x 100%
Total Aktiva
|
Standar
penilaian kinerja keuanganReturn
On Assets (ROA) atau Return On Investment (ROI), apabila
mendapat hasil >15% dinyatakan dengan nilai 5 maka kinerja keuangannya
dikatakan sangat sehat, 12%-15% dinyatakan dengan nilai 4 maka kinerja
keuangannya dikatakan sehat, 8%-11% dinyatakan dengan nilai 3 maka kinerja
keuangannya dikatakan cukup sehat, 4%-7% dinyatakan dengan nilai 2 maka kinerja
keuangannya dikatakan kurang sehat, <4% dinyatakan dengan nilai 1maka
kinerja keuangannya dikatakan buruk.
b.
Return On Equity (ROE)
ROE = Sisa Hasil Usaha (SHU) x 100%
Total Modal Sendiri
|
Standar penilaian kinerja
keuanganReturn
On Equity (ROE),apabila mendapat hasil >15%
dinyatakan dengan nilai 5 maka kinerja keuangannya dikatakan sangat sehat, 12%-15%
dinyatakan dengan nilai 4 maka kinerja keuangannya dikatakan sehat, 8%-11%
dinyatakan dengan nilai 3 maka kinerja keuangannya dikatakan cukup sehat, 4%-7%
dinyatakan dengan nilai 2 maka kinerja keuangannya dikatakan kurang sehat, <4%
dinyatakan dengan nilai 1maka kinerja keuangannya dikatakan buruk.
BAB
IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Data
Objek dalam penelitian ini adalah KPRI Amal Bakti
yang merupakan salah satu Koperasi
Pegawai Negeri Republik Indonesia (KPRI) yang menjalankan simpan pinjam,
pertokoan atau menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari dan kredit barang
yang melayani seluruh pegawai yang berada di Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sebagai
gambaran awal kinerja keuangan dan hasil operasi yang di capai oleh KPRI
Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1. Keadaan Laporan Keuangan KPRI Amal Bakti
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara BaratPeriode 2011-2014.
No
|
Keterangan
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
1.
|
Aktiva Lancar
|
519.280.670,00
|
673.288.818,00
|
649.667.100,00
|
789.776.200,00
|
2.
|
Aktiva Tetap
|
11.216.475,00
|
11.473.725,00
|
11.473.725,00
|
10.680.225,00
|
3.
|
Kewajiban Lancar
|
134.465.687,50
|
163.647.495,09
|
159.692.274,80
|
196.055.219.21
|
4.
|
Modal Sendiri
|
411.843.344,75
|
538.454.060,31
|
544.316.125,00
|
625.758.138,19
|
5.
|
SHU
|
15.737.500
|
53.590.825
|
58.627.869
|
49.809.913
|
Sumber: Laporan
Pertanggung Jawaban pengurus KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Nusa Tenggara Barat periode 2011-2014.
41
|
Pada
aktiva tetap yang dimiliki koperasipada tahun 2011 sampai dengan 2014 terus
mengalami peningkatan dan penurunan yang berbeda-beda dari tahun ke tahunnya. Pada
tahun 2011 koperasi memiliki aktiva tetap sebesar 11.216.475,00 dan tahun 2012
aktiva tetap mengalami peningkatan sebesar 11.473.725,00 dari tahun sebelumnya,
peningkatan disebabkan oleh adanya penambahan pembelian aktiva tetap yang
berwujud dari hasil pendapatan koperasi. Pada tahun 2013 koperasi langsung
memasukkan aktiva tetap dengan saldo nilai buku dari tahun sebelumnya yaitu
sebesar 11.473.725,00 di karenakan aktiva tetap pada tahun 2012 tidak mengalami
akumulasi penyusutan. Kemudian pada tahun 2014 aktiva tetap koperasi mengalami
penurunan sebesar 10.680.225,00 disebabkan aktiva tetap mengalami akumulasi
penyusutan.
Dilihat dari perolehan kewajiban
lancar yang dimiliki koperasi pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 mengalami
peningkatan dan penurunan yang berbeda-beda dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011
koperasi memiliki kewajiban lancar sebesar 134.465.687,50 dan tahun 2012 kewajiban
lancar koperasi meningkat sebesar 163.647.495,09 peningkatan ini disebabkan
oleh besarnya kemampuan anggota untuk menabung melalui simpanan sukarela dan
setoran simpanan wajib konsisten dibayar oleh anggota. Pada tahun 2013 terjadi
penurunan sebesar 159.692.274,80 yang disebabkan oleh,kecilnya kemampuan
anggota untuk menabung melalui simpanan sukarela dan setoran simpanan wajib
tidak konsisten dibayar oleh anggota. Kemudian pada tahun 2014 kewajiban lancar
meningkat kembali sebesar 196.055.219.21 dari tahun sebelumnya.
Ekuitas atau modal sendiri yang
dimiliki oleh koperasi pada tahun 2011 sampai dengan 2014 terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahunnya. Pada Tahun 2011 koperasi memiliki modal
sendiri sebesar 411.843.344,75, tahun 2012 sebesar 538.454.060,31, tahun 2013
sebesar 544.316.125,00, dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan kembali
sebesar 625.758.138.19 hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan simpanan dari
anggota dan bertambahnya Sisa Hasil Usaha (SHU).
Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU)
yang dimiliki oleh koperasi pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 mengalami
peningkatan dan penurunan yang berbeda-beda dari tahun ke tahunnya. Pada tahun
2011 perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi sebesar 15.737.500, pada tahun
2012 Sisa Hasil Usaha (SHU) mengalami
peningkatan sebesar 53.590.825 dan pada tahun 2013 sebesar 58.627.869, hal ini
disebabkan oleh terjadinya peningkatan pendapatan koperasi setiap tahunnya.
Kemudian pada tahun 2014 perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) mengalami penurunan
sebesar 49.809.913 disebabkan di tahun ini pendapatan koperasi terjadi
penurunan.
4.1.1.1
Aktiva Lancar
Aktiva lancarKPRI
Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat
periode2011-2014. Adapun komponen yang membentuk aktiva lancar pada KPRI Amal
Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas
pos-pos Kas dan Bank, Piutang, Piutang tak tertagih, Persediaan, Beban dibayar
di muka.
Berikut ini akan disimpulkan perkembangan kondisi pos-pos
yang terdapat dalam neraca dan laporan hasil usaha yang berkaitan dengan
rasio-rasio keuangan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.2.Keadaan
Aktiva Lancar KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa
Tenggara Barat periode 2011-2014.
Tahun
|
Aktiva Lancar (Rp)
|
Perubahan
|
|
(Rp)
|
(%)
|
||
2011
|
519.280.670,00
|
-
|
-
|
2012
|
673.288.818,00
|
154.008.148,00
|
29,66
|
2013
|
649.667.100,00
|
(23.621.718,00)
|
-3,51
|
2014
|
789.776.200,00
|
140.109.100,00
|
21,57
|
Rata-rata
|
658.003.197,00
|
90.165.176,67
|
15,91
|
Sumber: Data diolah
dari tabel 4.1.
Dari tabel 4.2. di
atas dapat diketahui bahwa antara aktiva lancar pada KPRI Amal Bakti Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2011-2014
mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 aktiva
lancar yang dimiliki koperasi sebesar
519.280.670,00, di tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar
673.288.818,00 atau 29,66% dari tahun sebelumnya, peningkatan ini disebabkan
oleh lancarnya anggota dalam mengangsur pinjaman kredit, lancarnya penjualan
dan kredit barang yang diberikan oleh KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 2013 aktiva lancar
mengalami penurunan sebesar 649.667.100,00 atau -3,51% ini disebabkan oleh
adanya akumulasi penyusutan, menurunnya penjualan dan adanya angsuran yang
belum ditagih. Sedangkan pada tahun 2014 kembali mengalami peningkatan sebesar
789.776.200,00 atau 21,57% dari tahun sebelumnya.
4.1.1.2Kewajiban
Lancar
Kewajiban lancar KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat periode2011-2014. Adapun
komponen yang membentuk kewajiban lancar pada KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas pos-pos Simpanan
sukarela, Simpanan khusus, Simpanan wajib pinjam, Dana-dana SHU, Biaya yang
masih harus dibayar, dan Hutang SHU.
Berikut ini akan disimpulkan
perkembangan kondisi pos-pos yang terdapat dalam neraca dan laporan hasil usaha
yang berkaitan dengan rasio-rasio keuangan yang akan digunakan dalam penelitian
ini.
Tabel
4.3.Keadaan Kewajiban Lancar KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2011-2014.
Tahun
|
Kewajiban Lancar (Rp)
|
Perubahan
|
|
(Rp)
|
(%)
|
||
2011
|
118.728.187,50
|
||
2012
|
163.647.495,09
|
44.919.307,59
|
37,83
|
2013
|
159.692.274,80
|
(3.955.220,29)
|
-2,42
|
2014
|
196.055.219,21
|
36.362.944,41
|
22,77
|
Rata-rata
|
159.530.794,15
|
25.775.677,24
|
19,40
|
Sumber: Data diolah
dari tabel 4.1.
Dari
tabel 4.3. di atas dapat diketahui bahwakewajiban lancar pada KPRI Amal Bakti
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2011-2014
mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Kewajiban lancar koperasi
menunjukkan jumlah kewajiban yang bisa dipakai dalam menjalankan kegiatan
operasional koperasi terutama dalam meningkatkan jumlah Sisa hasil Usaha (SHU).Pada
tahun 2011 koperasi memiliki kewajiban lancar sebesar 134.465.687,50 dan tahun
2012 kewajiban lancar koperasi meningkat sebesar 163.647.495,09 atau 37,83%
peningkatan ini disebabkan oleh besarnya kemampuan anggota untuk menabung
melalui simpanan sukarela dan setoran simpanan wajib konsisten dibayar oleh
anggota. Pada tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 159.692.274,80 atau -2,42%
yang disebabkan oleh,kecilnya kemampuan anggota untuk menabung melalui simpanan
sukarela dan setoran simpanan wajib tidak konsisten dibayar oleh anggota.
Kemudian pada tahun 2014 kewajiban lancar meningkat kembali sebesar
196.055.219,21 atau 22,77% dari tahun sebelumnya.
4.1.1.3
Persediaan
Persediaan KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat periode2011-2014. Adapun persediaan
barang pada KPRI Amal Bakti Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat yang di ambil dari pos
perolehan aktiva lancar koperasi.
Berikut ini akan disimpulkan perkembangan kondisi pos-pos
yang terdapat dalam neraca dan laporan hasil usaha yang berkaitan dengan
rasio-rasio keuangan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Tabel
4.4. Keadaan Persediaan Barang KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Barat periode2011-2014.
Tahun
|
Persediaan (Rp)
|
Perubahan
|
|
(Rp)
|
(%)
|
||
2011
|
17.995.000,00
|
||
2012
|
13.186.700,00
|
(4.808.300,00)
|
-26,72
|
2013
|
14.728.300,00
|
1.541.600,00
|
11,69
|
2014
|
10.045.100,00
|
(4.683.200,00)
|
-31,80
|
Rata-rata
|
13.988.775,00
|
-2.649.966,67
|
-15,61
|
Sumber: Lampiran 1-4
Dari
tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa persediaan barangpada KPRI Amal Bakti
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2011-2014
mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Persediaan koperasi
menunjukkan jumlah barang yang di jual dalam menjalankan kegiatan operasional
koperasi terutama dalam meningkatkan jumlah Sisa hasil Usaha (SHU).Pada tahun 2011
koperasi memiliki persediaan barang sebesar 17.995.000,00 dan tahun 2012 persediaan
barang koperasi menurun sebesar 13.186.700,0 atau -26,72% penurunanini
disebabkan oleh kurangnya minat dan permintaan dari anggota maupun non anggota
dalam kegiatan operasional koperasi. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan
sebesar 14.728.300,00 atau 11,69% yang disebabkan oleh,besarnya minat dan
permintaan dari anggota maupun non anggota dalam kegiatan operasional koperasi.
Kemudian pada tahun 2014 hutang lancar menurun kembali sebesar 10.045.100,00
atau -31,80% dari tahun sebelumnya.
4.1.1.4Total
Kewajiban
Total kewajiban KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2011-2014. Adapun komponen
yang membentuk total kewajiban pada KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas pos-pos Simpanan sukarela,
Simpanan khusus, Simpanan wajib pinjam, Dana-dana SHU, Biaya yang masih harus
dibayar, dan Hutang SHU, Hutang PKPRI dan Hutang pajak.Pada komponen tersebut
diketahui koperasi tidak memiliki kewajiban atau hutang jangka panjang dikarenakan tidak memiliki
hutang PKPRI dan hutang pajak pada periode 2011-2014, sehingga koperasi tidak
melakukan pinjaman terhadap lembaga keuangan seperti bank melainkan hanya
investasi saja, jadi total kewajiban dan kewajibanlancar koperasi memiliki
perolehan hasil yang sama dikarenakan koperasi tidak memiliki kewajiban atau
hutang jangka panjang.
Berikut ini akan disimpulkan
perkembangan kondisi pos-pos yang terdapat dalam neraca dan laporan hasil usaha
yang berkaitan dengan rasio-rasio keuangan yang akandigunakan dalam penelitian
ini.
Tabel
4.5.Keadaan Total Kewajiban KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2011-2014.
Tahun
|
Total Kewajiban(Rp)
|
Perubahan
|
|
(Rp)
|
(%)
|
||
2011
|
118.728.187,50
|
||
2012
|
163.647.495,09
|
44.919.307,59
|
37,83
|
2013
|
159.692.274,80
|
(3.955.220,29)
|
-2,42
|
2014
|
196.055.219,21
|
36.362.944,41
|
22,77
|
Rata-rata
|
159.530.794,15
|
25.775.677,24
|
19,40
|
Sumber: Lampiran 1-4
Dari
tabel 4.5. di atas dapat diketahui bahwa total kewajiban pada KPRI Amal Bakti
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2011-2014
mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Totalkewajiban yang harus
dibayar oleh koperasi melalui kegiatan operasionalnya, semakin banyak total
kewajiban yang dimilikimaka semakin tinggi pula modal yang harus dikeluarkan
untuk melunasinya.Pada tahun 2011 koperasi memiliki total kewajiban sebesar
134.465.687,50 dan tahun 2012 total kewajiban koperasi meningkat sebesar
163.647.495,09 atau 37,83% peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya hutang Sisa
Hasil Usaha (SHU) yang belum dibagikan kepada anggota. Pada tahun 2013 terjadi
penurunan sebesar 159.692.274,80 atau -2,42% yang disebabkan oleh,menurunnya hutang
Sisa Hasil Usaha (SHU) yang belum dibagikan kepada anggota. Kemudian pada tahun
2014 total kewajiban meningkat kembali sebesar 196.055.219,21 atau 22,77% dari
tahun sebelumnya.
4.1.1.5Total Aktiva
Total
AktivaKPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara
Barat periode tahun 2011-2014. Adapun komponen yang membentuk total aktiva pada
KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat
terdiri atas pos-pos Aktiva lancar berupa Kas dan Bank, Piutang, Piutang tak
tertagih, Persediaan, Beban dibayar di muka dan Investasi jangka panjang berupa
PKPRI, Sertifikat Bank Kesejahteraan serta Aktiva tetap berupa Bangunan,
Inventaris, Akumulasi Penyusutan.
Berikut ini akan disimpulkan perkembangan kondisi pos-pos
yang terdapat dalam neraca dan laporan hasil usaha yang berkaitan dengan
rasio-rasio keuangan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Tabel
4.6.Keadaan Total Aktiva KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Barat periode2011-2014.
Tahun
|
Total Aktiva
(Rp)
|
Perubahan
|
|
(Rp)
|
(%)
|
||
2011
|
546.306.032,25
|
||
2012
|
702.101.555,40
|
155.795.523,15
|
28,52
|
2013
|
680.159.837,40
|
(21.941.718,00)
|
-3,13
|
2014
|
821.813.357,40
|
141.653.520,00
|
20,83
|
Rata-rata
|
687.595.195,61
|
91.835.775,05
|
15,41
|
Sumber: Lampiran 1-4
Dari
tabel 4.6. di atas dapat diketahui bahwa total aktiva padaKPRI Amal Bakti
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat periode2011-2014
mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 koperasi
memiliki total aktivasebesar 546.306.032,25 dan tahun 2012 total aktiva
koperasi meningkat sebesar 702.101.555,40 atau 28,52% peningkatan ini
disebabkan oleh meningkatnya aktiva lancar yang diperoleh koperasi. Pada tahun
2013 terjadi penurunan sebesar 680.159.837,40 atau -3,13% yang disebabkan oleh,berkurangnya
aktiva lancar yang dimiliki koperasi. Kemudian pada tahun 2014 total aktiva
meningkat kembali sebesar 821.813.357,40 atau 20,83% dari tahun sebelumnya.
4.1.1.6 Modal Sendiri atau Ekuitas
Modal
sendiri atau ekuitasKPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Nusa Tenggara Barat periode2011-2014. Adapun komponen yang membentuk modal
sendiri atau ekuitas pada KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas pos-pos Simpanan pokok, Simpanan
wajib, Cadangan, Penyisihan PTT.
Berikut ini akan disimpulkan perkembangan kondisi pos-pos
yang terdapat dalam neraca dan laporan hasil usaha yang berkaitan dengan
rasio-rasio keuangan yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Tabel
4.7. Keadaan Modal Sendiri atau Ekuitas KPRI
Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat
periode 2011-2014.
Tahun
|
Modal Sendiri (Rp)
|
Perubahan
|
|
(Rp)
|
(%)
|
||
2011
|
411.843.344,75
|
||
2012
|
538.454.060,31
|
126.610.715,56
|
30,74
|
2103
|
544.316.125,00
|
5.862.064,69
|
1,09
|
2014
|
625.758.138,19
|
81.442.013,19
|
14,96
|
Rata-rata
|
530.092.917,06
|
71.304.931,15
|
15,60
|
Sumber: Data diolah
dari tabel 4.1.
Dari tabel 4.7. di atas dapat
diketahui bahwa modal sendiri atau ekuitasKPRI Amal Bakti Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat periode2011-2014 terus mengalami
peningkatan.Pada Tahun 2011 koperasi memiliki modal sendiri sebesar
411.843.344,75, tahun 2012 sebesar 538.454.060,31 atau 30,74%, tahun 2013
sebesar 544.316.125,00 atau 1,09%, dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan
kembali sebesar 625.758.138.19 atau 14,96% hal ini disebabkan oleh adanya
peningkatan simpanan dari anggota dan bertambahnya Sisa Hasil Usaha (SHU).
4.1.1.7 Sisa Hasil Usaha (SHU)
Sisa Hasil Usaha (SHU) KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat periode2011-2014. Adapun
komponen yang membentuk Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Amal Bakti Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas pos-pos Penjualan
dan pendapatan dikurangi Harga Pokok pendapatan (HPP) kemudian dikurangi
kembali oleh Beban usaha.
Berikut ini akan disimpulkan
perkembangan kondisi pos-pos yang terdapat dalam neraca dan laporan hasil usaha
yang berkaitan dengan rasio-rasio keuangan yang akan digunakan dalam penelitian
ini.
Tabel
4.8.Keadaan Sisa Hasil Usaha (SHU)KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2011-2014.
Tahun
|
SHU (Rp)
|
Perubahan
|
|
(Rp)
|
(%)
|
||
2011
|
15.737.500
|
||
2012
|
53.590.825
|
37.853.325,00
|
240,53
|
2013
|
58.627.869
|
5.037.044,00
|
9,40
|
2014
|
49.809.913
|
(8.817.956,00)
|
-15,04
|
Rata-rata
|
44.441.526,75
|
11.357.471,00
|
78,30
|
Sumber: Data diolah
dari tabel 4.1.
Dari
tabel 4.8. di atas dapat diketahui bahwa Sisa Hasil Usaha (SHU) padaKPRI Amal
Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat periode
2011-2014 mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2011
perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi sebesar 15.737.500, pada tahun 2012
Sisa Hasil Usaha (SHU) mengalami peningkatan sebesar 53.590.825 atau 240,53%
dan pada tahun 2013 sebesar 58.627.869 atau 9,40%, hal ini disebabkan oleh
terjadinya peningkatan pendapatan koperasi setiap tahunnya. Kemudian pada tahun
2014 perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) mengalami penurunan sebesar 49.809.913
atau -15,04% disebabkan di tahun ini pendapatan koperasi terjadi penurunan.
4.1.2. Analisis Data
4.1.2.1 Analisis Rasio
Likuiditas
Analisis rasio likuiditas adalah
analisis rasio yang mengukur kemampuan dari KPRI “Amal Bakti” dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat waktu.Adapun
dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas koperasi
adalah sebagai berikut:
a. Current Ratio
Rasio ini untuk
menunjukkan kemampuan koperasi dalam membayar kewajibanyang harus segera
dipenuhi dengan aktiva lancar.Apabila hasil pengukuran tinggi, belum tentu
kondisi perusahaan baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas menumpuk atau
tidak digunakan sebaik mungkin untuk kegiatan operasional.
Tabel
4.9.Perkembangan Current RatioKPRI
Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat
periode 2011-2014.
Tahun
|
Aktiva lancar
|
Kewajiban lancar
|
Current Ratio
|
Kriteria
|
|
(AL)
|
(KL)
|
(AL: KL)%
|
|
2011
|
519.280.670,00
|
118.728.187,50
|
437,37
|
B
|
2012
|
673.288.818,00
|
163.647.495,09
|
411,43
|
B
|
2013
|
649.667.100,00
|
159.692.274,80
|
406,82
|
B
|
2014
|
789.776.200,00
|
196.055.219,21
|
402,83
|
B
|
Sumber: Lampiran 9
Keterangan:
B : Buruk
Berdasarkan data tabel 4.9. di atas diketahui
bahwa Current Ratio yang diperoleh KPRI
Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat
periode 2011-2014 mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 menunjukkan
setiap Rp.1 kewajiban lancar dijamin oleh 437,37% aktiva lancar yang dimiliki
koperasi. Tahun 2012 dan 2013 terjadi penurunan yang menunjukkansetiap Rp.1
kewajiban lancar dijamin oleh 411,43% dan 406,82% aktiva lancar yang dimiliki
koperasi. Kemudian Tahun 2014terjadi penurunan kembali yang menunjukkan setiap
Rp.1 kewajiban lancar dijamin oleh 402,83% aktiva lancar yang dimilikikoperasi.
b. Quick Ratio
Rasio ini untukmenunjukkan
kemampuan aktiva lancar yang sesungguhnyauntuk menutupi kewajiban lancar tepat
pada waktunya dengan tidak memperhitungkan persediaan.Apabila hasil pengukuran
tinggi, belum tentu kondisi koperasi baik. Hal ini dapat saja terjadi karena
kas yang disediakan terlalu banyak untuk membayar kewajiban lancar sehingga
menghambat kegiatan operasional untuk menghasilkan keuntungan.
Tabel
4.10.Perkembangan Quick RatioKPRI
Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat
periode tahun 2011-2014.
Tahun
|
Aktiva lancar
|
Persediaan
|
Kewajiban lancar
|
Quick Ratio
|
Kriteria
|
(AL)
|
(PS)
|
(KL)
|
(AL-PS: KL)%
|
||
2011
|
519.280.670,00
|
17.995.000,00
|
118.728.187,50
|
422,21
|
B
|
2012
|
673.288.818,00
|
13.186.700,00
|
163.647.495,09
|
403,37
|
B
|
2013
|
649.667.100,00
|
14.728.300,00
|
159.692.274,80
|
397,60
|
B
|
2014
|
789.776.200,00
|
10.045.100,00
|
196.055.219,21
|
397,71
|
B
|
Sumber: Lampiran 9
Keterangan:
B : Buruk
Berdasarkan
data tabel 4.10. di atas diketahui bahwa Quick
Ratio yang diperoleh KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Baratperiode 2011-2014 mengalami peningkatan
dan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 menunjukkan setiap Rp.1
kewajiban lancar dijamin oleh 422,21% aktiva lancar koperasi tanpa
memperhitungkan persediaan. Pada tahun 2012 dan 2013 mengalami penurunan yang
menunjukkan setiap Rp.1 kewajiban lancar dijamin oleh 403,37% dan 397,60%
aktiva lancar koperasitanpa memperhitungkan persediaan. Kemudian Tahun 2014
terjadi peningkatan yang menunjukkan setiap Rp.1 kewajiban lancar dijamin oleh 397,71%
aktiva lancarkoperasi tanpa memperhitungkan persediaan.
4.1.2.2 Analisis
Rasio Solvabilitas
Analisis rasio solvabilitasmerupakan
rasio yang mengukur seberapa jauh koperasi dibiayai oleh kewajiban dengan kemampuan KPRI
“Amal Bakti” yang digambarkan oleh ekuitas.Adapun
dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk mengukur solvabilitas koperasi
adalah sebagai berikut:
a. Debt to
Equity Ratio
Rasioini
dihitung denganmembandingkan modal sendiri dengan total
kewajiban, sehingga dapat menunjukkan kemampuan modal sendiri dalam menutupi
seluruh kewajiban yang dimiliki oleh koperasi.
Tabel
4.11.Perkembangan Debt To Equity Ratio KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2011-2014.
Tahun
|
Total Kewajiban
|
Modal Sendiri
|
Debt to Equity Ratio
|
Kriteria
|
(TK)
|
(MS)
|
(TK: MS)%
|
||
2011
|
118.728.187,50
|
411.843.344,75
|
28,83
|
SS
|
2012
|
163.647.495,09
|
538.454.060,31
|
30,39
|
SS
|
2013
|
159.692.274,80
|
544.316.125,00
|
29,34
|
SS
|
2014
|
196.055.219,21
|
625.758.138,19
|
31,33
|
SS
|
Sumber: Lampiran 10
Keterangan:
SS : Sangat
Sehat
Berdasarkan
data tabel 4.11. di atas diketahui bahwa Debt
To Equity Ratioyang diperoleh KPRI Amal Bakti Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat periode2011-2014
mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011
menunjukkan setiap Rp.1 total kewajiban yang dimiliki koperasi dijamin oleh 28,83%
modal koperasi. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan yang menunjukkan setiap Rp.1
total kewajiban koperasi dijamin oleh 30,39% modal koperasi. Tahun 2013 terjadi
penurunan yang menunjukkansetiap Rp.1 total kewajiban yang dimiliki koperasi
dijamin oleh 29,34%modal koperasi. Kemudian Tahun 2014 terjadi peningkatan
kembali yang menunjukkan setiap Rp.1 total kewajiban yang dimiliki koperasi
dijamin oleh 31,33%modal koperasi.
b.
Debt to Assets Ratio
Rasio ini untuk mengetahui seberapa besar aktiva
perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau seberapa besar kewajiban perusahaan
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rasio ini membandingkan total
kewajiban dengan total aktiva yang dimiliki oleh koperasi.
Tabel
4.12.Perkembangan Debt To Assets RatioKPRI
Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat
periode 2011-2014.
Tahun
|
Total Kewajiban
|
Total Aktiva
|
Debt To Assets Ratio
|
Kriteria
|
(TK)
|
(TA)
|
(TK: TA)%
|
||
2011
|
118.728.187,50
|
546.306.032,25
|
21,73
|
SS
|
2012
|
163.647.495,09
|
702.101.555,40
|
23,31
|
SS
|
2013
|
159.692.274,80
|
680.159.837,40
|
23,48
|
SS
|
2014
|
196.055.219,21
|
821.813.357,40
|
23,86
|
SS
|
Sumber: Lampiran 10
Keterangan:
SS : Sangat
Sehat
Berdasarkan
data tabel 4.12. di atas diketahui bahwa Debt
To Assets Ratio yang diperoleh KPRI Amal Bakti Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat periode2011-2014
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 menunjukkan setiap
Rp.1 total aktiva yang dimiliki koperasi
mampu dibiayaioleh 21,73% total kewajiban. Pada tahun 2012 dan 2013 terjadi
peningkatan yang menunjukkan setiap Rp.1 total aktiva yang dimiliki koperasi
mampu dibiayai oleh 23,31% dan 23,48% total kewajiban. Kemudian Tahun 2014
terjadi peningkatan kembali yang menunjukkan setiap Rp.1 total aktiva yang
dimiliki koperasi mampu dibiayaioleh 23,86%total
kewajiban.
4.1.2.3 Analisis
Rasio Aktivitas
Analisis rasio aktivitas bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana KPRI “Amal Bakti” mampu
menggunakan sumber daya yang dimiliki dalam melaksanakan aktivitas usahanya.Adapun
dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk mengukur aktivitas koperasi
adalah sebagai berikut:
a.Total Assets Turn Over
Rasio iniuntuk mengetahui sejauh mana total aktiva
yang dimiliki koperasi digunakan dalam kegiatan operasional.
Tabel
4.13.Perkembangan Total Assets Turn Over KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Nusa Tenggara Barat periode2011-2014.
Tahun
|
Penjualan bersih
|
Total Aktiva
|
TATO
|
Kriteria
|
(PB)
|
(TA)
|
(PB: TA)
|
||
2011
|
147.282.000,00
|
546.306.032,25
|
0,27
|
B
|
2012
|
167.048.125,15
|
702.101.555,40
|
0,24
|
B
|
2013
|
183.008.000,00
|
680.159.837,40
|
0,27
|
B
|
2014
|
190.485.112,98
|
821.813.357,40
|
0,23
|
B
|
Sumber: Lampiran 11
Keterangan:
B : Buruk
Berdasarkan data tabel 4.13. di atas diketahui bahwa
Total Assets Turn Overyang diperoleh KPRI
Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat
periode 2011-2014 mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2011 menunjukkan setiap Rp.1 persediaan yang dimiliki koperasi mampu
menghasilkan perputaran penjualan sebanyak 0,27 kali. Tahun 2012 terjadi
penurunan yang menunjukkan setiap Rp.1 persediaan yang dimiliki koperasi mampu
menghasilkan perputaran penjualan sebanyak 0,24 kali. Pada tahun 2013 mengalami
peningkatan yang menunjukkan setiap Rp.1 persediaan koperasi mampu menghasilkan
perputaran penjualan sebanyak 0,27 kali. Kemudian Tahun 2014 terjadi penurunan
kembali yang menunjukkan setiap Rp.1 persediaan mampu menghasilkan perputaran
penjualan sebanyak 0,23 kali.
b. Working
Capital Turn Over
Rasio ini mengukur atau menilai keefektifan modal
kerja koperasi selama periode tertentu.
Tabel
4.14.Perkembangan Working Capital Turn Over KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2011-2014.
Tahun
|
Penjualan bersih
|
Modal Kerja
|
WCTO
|
Kriteria
|
(PB)
|
(MK)
|
(PB: MK)
|
||
2011
|
147.282.000,00
|
400.552.482,50
|
0,37
|
B
|
2012
|
167.048.125,15
|
509.641.322,91
|
0,33
|
B
|
2013
|
183.008.000,00
|
489.974.825,20
|
0,37
|
B
|
2014
|
190.485.112,98
|
593.720.980,79
|
0,32
|
B
|
Sumber: Lampiran 11
Keterangan:
B : Buruk
Berdasarkan data tabel 4.14. di atas
diketahui bahwa Working Capital Turn Overyang
diperoleh KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2011-2014 mengalami peningkatan dan
penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 menunjukkan setiap Rp.1 modal
kerja yang dimiliki koperasi mampu menghasilkan perputaran penjualan sebanyak
0,37 kali. Pada tahun 2012 mengalami penurunan yang menunjukkan setiap Rp.1
modal kerja yang dimiliki koperasi mampu menghasilkan perputaran penjualan
sebanyak 0,33 kali. Tahun 2013 terjadi peningkatan yang menunjukkan setiap Rp.1
modal kerja yang dimiliki koperasi mampu menghasilkan perputaran penjualan
sebanyak 0,37 kali. Kemudian pada tahun 2014 terjadi penurunan yang menunjukkan
setiap Rp.1 modal kerja yang dimiliki koperasi mampu menghasilkan perputaran
penjualan sebanyak 0,32 kali.
4.1.2.4 Analisis Rasio Profitabilitas
Analisis rasio profitabilitas
merupakan kemampuan suatu KPRI “Amal Bakti” untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu.Adapun dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas koperasi adalah sebagai berikut:
a.
Return On Assets (ROA)
Rasio ini dapat mengukur kemampuan suatu koperasi
dalam menghasilkan keuntungan berdasarkan tingkat asset tertentu dengan cara
membandingkan Sisa Hasil Usaha (SHU) dengan total aktiva yang dimiliki oleh
koperasi.
Tabel
4.15.Perkembangan Return On Assets (ROA) KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Barat periode2011-2014.
Tahun
|
Sisa Hasil Usaha
|
Total Aktiva
|
ROA
|
Kriteria
|
(SHU)
|
(TA)
|
(SHU: TA)%
|
||
2011
|
15.737.500
|
546.306.032,25
|
2,88
|
B
|
2012
|
53.590.825
|
702.101.555,40
|
7,63
|
KS
|
2013
|
58.627.869
|
680.159.837,40
|
8,62
|
CS
|
2014
|
49.809.913
|
821.813.357,40
|
6,06
|
KS
|
Sumber: Lampiran 12
Keterangan:
CS : Cukup
Sehat, KS : Kurang Sehat, B: Buruk
Berdasarkan
data tabel 4.15. di atas diketahui bahwa Return
On Assets (ROA)yang diperoleh KPRI Amal Bakti Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat periode 2011-2014
mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011
menunjukkan setiap Rp.1 keuntungan bersih yang dihasilkan koperasi sebesar
2,88%mampu menjamin total aktiva yang dimiliki koperasi. Tahun 2012 dan 2013
terjadi peningkatan yang menunjukkan setiap Rp.1 keuntungan bersih yang
dihasilkan koperasi sebesar 7,63% dan 8,62% mampu menjamin total aktiva yang
dimiliki koperasi. Kemudian tahun 2014 terjadi penurunan yang menunjukkan
setiap Rp.1 keuntungan bersih yang dihasilkan koperasisebesar 6,06%mampu
menjamin total aktiva yang dimiliki koperasi.
b.
Return On Equity (ROE)
Rasio
ini menunjukkan seberapa besar keuntungan yang menjadi hak anggota koperasi
yang membandingkan antara Sisa Hasil Usaha (SHU) dengan Modal Sendiri atau
Ekuitas yang dimiliki koperasi.
Tabel
4.16.Perkembangan Return On Equity (ROE)KPRI
Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat
periode2011-2014.
Tahun
|
Sisa Hasil Usaha
|
Modal Sendiri
|
ROE
|
Kriteria
|
|
(SHU)
|
(MS)
|
(SHU: MS)%
|
|
2011
|
15.737.500
|
411.843.344,75
|
3,82
|
B
|
2012
|
53.590.825
|
538.454.060,31
|
9,95
|
CS
|
2013
|
58.627.869
|
544.316.125,00
|
10,77
|
CS
|
2014
|
49.809.913
|
625.758.138,19
|
7,96
|
KS
|
Sumber: Lampiran 12
Keterangan:
CS : Cukup Sehat,
KS : Kurang Sehat, B : Buruk
Berdasarkan
data tabel 4.16. di atas diketahui bahwa Return
On Equity (ROE)yang diperoleh KPRI
Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat
periode2011-2014 mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2011 menunjukkan setiap
Rp.1 modal sendiri menghasilkan
keuntungan sebesar 3,82%yang menjadi hak anggota koperasi. Pada tahun 2012 dan
2013 terjadi peningkatan yang menunjukkansetiap Rp.1 modal sendiri menghasilkan
keuntungan sebesar 9,95% dan 10,77% yang menjadi hak anggota koperasi. Kemudian
tahun 2014 terjadi penurunan yang menunjukkan setiap Rp.1 modal menghasilkan
keuntungan sebesar 7,96%yang menjadi hak anggota koperasi.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
Dalam menganalisis rasio likuiditasyang
terdiri dari Current Ratio
koperasi yang dihasilkan selama periode 2011-2014 mengalami penurunan dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2011 mendapatkan hasil sebesar 437,37 %, kemudian
pada tahun 2012 mengalami penurunandengan hasil sebesar 411,43%. Pada tahun
2013 dan 2014 kembali mengalami penurunandengan hasil sebesar 406,82% dan
402,83%.Dari
hasil perhitungan analisis rasio dari periode 2011-2014menyatakan semua angka
rasio berada pada kriteria standar penilaian kinerja keuangan koperasi yang
tidak idealyakni <100% atau
>200% dengan kriteria buruk, maka hasil perhitunganCurrent Ratioyang dimiliki koperasi dapatdikatakan tergolong
buruk karena menghasilkan perolehan melebihi standar yang ideal. Dengan demikian hasil analisis Current Ratiobelum dapat memenuhi
standar kinerja keuangan koperasi yang sangat ideal yakni 175%-200% dengan
kriteria sangat sehat, maka haltersebut
menandakan “KPRI Amal Bakti” walaupun mengalami kemudahan
dalam menutupi kewajiban lancar koperasi dengan aktiva lancarnamunaktiva lancar
terlalu berlebihan untuk membayarnya sehingga terjadi penumpukan kas pada kegiatan
operasional yang menjadi penghambat dalam menghasilkan suatu keuntungan.
Dari
hasil perolehan rasio likuiditas yaitu Current
Ratio dapat dikatakan sejalan dengan penelitian Budiarti (2013)
menghasilkan Current Ratiodengan
kriteria buruk, maka penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sekarang.
Prawitasari (2011) yang mendapat hasil perhitungan Current Ratio dengan kriteria sangat sehat dikatakan tidak sejalan
juga dengan penelitian sekarang. Kemudian penelitian dari Ni’mah (2011) dikatakan
tidak sejalan dengan penelitian sekarang karena mendapat hasil perhitungan Current Ratiodengan kriteria sangat
sehat.Dan penelitian dari Isnawati (2012) dikatakan tidak sejalan dengan
penelitian sekarang karena mendapat hasil perhitungan Current Ratiodengan kriteria sangat sehat.
b. Quick Ratio
Dalam
menganalisis rasio likuiditasyang terdiridariQuick
Ratio koperasi yang dihasilkan selama periode 2011-2014 yang mengalami
peningkatan dan penurunan pertahunnya. Tahun 2011 mendapatkan hasil sebesar 422,21%,
kemudian pada tahun 2012 mengalamipenurunan dengan hasil sebesar 403,37%. Tahun
2013 kembali mengalami penurunan kembalidengan hasil sebesar 397,60%.Kemudian
pada tahun 2014 Quick Ratiomengalami
peningkatan dengan hasil sebesar 397,71%.Hasil perhitungan
analisis rasio dari periode 2011-2014 menyatakan semua angka rasio berada pada kriteria
standar penilaian kinerja keuangan koperasiyang tidak idealyakni <100%atau>200% dengan kriteria buruk, maka hasil perhitungan Quick Ratioyang dimiliki
koperasi dapat dikatakan buruk karena menghasilkan perolehan melebihi standar
yang ideal. Dengan demikian hasil
analisis Quick Ratiobelum dapat memenuhi
standar kinerja keuangan koperasi yang sangat ideal yakni 175%-200% dengan
kriteria sangat sehat, maka haltersebutmenandakan
KPRI
Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Baratwalaupun
mengalami kemudahan dalam menutupi kewajiban lancar dengan aktiva lancar dengan tidak memperhitungkan
persediaan, tetapi untuk membayar kewajiban lancar hasil
pengurangan aktiva lancar dengan persediaan masih terlalu banyak dan menumpuk
untuk membayar kewajiban lancar sehingga mengakibatkan terhambatnya kegiatan
operasional khususnya pada persediaan yang tidak dikelola dengan baik dalam
menghasilkan suatu keuntungan.
Dari hasil perolehan rasio
likuiditas yaitu Quick Ratio dapat
dikatakan sejalan dengan penelitian Ni’mah (2011) menghasilkan Quick Ratio dengan kriteria buruk, maka
penelitian ini dikatakan sejalan dengan penelitian yang sekarang. Kemudian
penelitian Prawitasari (2011) mendapat hasil perhitungan Quick Ratio dengan kriteria sangat sehat dan penelitian dari Budiarti
(2013) yang mendapat hasil perhitungan Quick
Ratio dengan kriteria sangat sehat maka kedua penelitian dikatakan tidak
sejalan juga dengan penelitian sekarang.
4.2.2. Rasio Solvabilitas
a. Debt To
Equity Ratio
Dalam
menganalisis rasio solvabilitasyang terdiri dari Debt To Equity
Ratio koperasi selama periode
2011-2014 mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2011 mendapatkan hasil sebesar 28,83%. Tahun 2012 mengalami peningkatandengan
hasil sebesar30,39%. Tahun 2013 mengalami penurunan dengan hasil sebesar 29,34%.
Kemudian tahun 2014 meningkat kembalidengan hasil sebesar 31,33%. Hasil
perhitungan analisis rasio dari periode 2011-2014 menyatakan semua angka rasio telah
memenuhi kriteria standar penilaian kinerja keuangan koperasi yang sangat idealyakni
≤40% dengan kriteria sangat sehat, makaDebt To Equity Ratioyang dimiliki koperasi dikatakan
tergolong sangat sehat karena menghasilkan perolehan yang tidak melebihi
standar pengukuran kinerja keuangan.Dengan
demikian hasil analisis Debt To Equity
Ratiodapat memenuhi standar kinerja keuangan koperasi yang sangat ideal
yakni ≤40% kali dengan kriteria sangat sehat, maka haltersebut menandakan KPRI Amal Bakti
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Baratmenunjukkan kemampuan koperasi dalam menjamin
seluruh kewajiban dengan modal yang dimiliki koperasi.
Dari hasil perolehan
rasio solvabilitas yaitu Debt To Equity Ratiodapat
dikatakan sejalan dengan penelitian Prawitasari (2011) yang mendapat hasil
perhitungan Debt To Equity Ratiodengan
kriteria sehat. Kemudian penelitian dari Isnawati (2012) yang mendapat hasil
perhitungan Debt To Equity Ratiodengan
kriteria sangat sehat dikatakan sejalan juga dengan penelitian sekarang.
Penelitian dari Ni’mah (2011) dikatakan tidak sejalan dengan penelitian
sekarang karena mendapat hasil perhitungan Debt To Equity Ratiodengan
kriteria kurang sehat. Dan dari penelitian Budiarti (2013) menghasilkan Debt To Equity
Ratiodengan kriteria kurang sehat maka penelitian ini
tidak sejalan juga dengan penelitian yang sekarang.
b.Debt To Assets
Ratio
Dalam
menganalisis rasio solvabilitasyang terdiri dari Debt To Assets
Ratio koperasi selama periode
2011-2014 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 mendapatkan
hasil sebesar 21,73%. Tahun 2012meningkat dengan hasil sebesar 23,31%. Tahun 2013
dan 2014 meningkat kembali dengan hasil sebesar 23,48% dan 23,86%. Hasil
perhitungan analisis rasio dari periode 2011-2014 menyatakan semua angka rasio
telah memenuhi kriteria standar penilaian kinerja keuangan koperasiyang sangat ideal
yakni ≤40% dengan kriteria
sangat sehat, makaDebt To Assets Ratioyang dimiliki
koperasi dikatakan tergolong sangat sehat karena menghasilkan perolehan yang
tidak melebihi standar pengukuran kinerja keuangan. Dengan demikian hasil analisis Debt To Assets Ratiodapat memenuhi standar kinerja keuangan
koperasi yang sangat ideal yakni ≤40% kali dengan kriteria sangat sehat, maka haltersebut menandakan KPRI Amal Bakti
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Baratmengalami
kemampuan koperasi dibiayai oleh seluruh kewajiban dalam menghasilkan aktiva.
Dari hasil perolehan rasio solvabilitas yaitu Debt To Assets
Ratiodapat dikatakan sejalan dengan penelitian Ni’mah
(2011) yang mendapat hasil perhitungan Debt To Assets Ratiodengan
kriteria sangat sehat. Kemudian penelitian dari Prawitasari (2011) yang
mendapat hasil perhitungan Debt To Assets Ratiodengan
kriteria sangat sehat dikatakan sejalan juga dengan penelitian sekarang.
Penelitian dari Isnawati (2012) dikatakan sejalan dengan penelitian sekarang
karena mendapat hasil perhitungan Debt To Assets Ratiodengan
kriteria sangat sehat. Dan dari penelitian Budiarti (2013) menghasilkan Debt To Assets
Ratiodengan kriteria sangat sehat maka penelitian dikatakan
sejalandengan penelitian yang sekarang.
4.2.3. Rasio
Aktivitas
a. Total
Assets Turn Over
Dalam
menganalisis rasio aktivitasyang terdiri dari Total Assets Turn Overkoperasi selama periode 2011-2014 mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 mendapatkan hasil sebanyak
0,27 kali. Tahun 2012 mengalami penurunan dengan hasilsebanyak 0,24 kali. Tahun 2013 mengalami peningkatan
dengan hasil sebanyak 0,27 kali. Kemudian tahun 2014 mengalami penurunan dengan
hasil sebanyak 0,23 kali. Hasil perhitungan analisis rasio
dari periode 2011-2014 menyatakansemua
angka rasio berada pada kriteria standar penilaian kinerja
keuangan koperasi yang tidak ideal yakni
<25 kali dengan kriteria buruk, makaTotal Assets Turn Overyang dimiliki koperasi
dikatakan tergolong buruk karena menghasilkan perolehan yang jauh dari standar
pengukuran kinerja keuangan. Dengan demikian
hasil analisis Total
Assets Turn Overbelum dapat
memenuhi standar kinerja keuangan koperasi yang sangat ideal yakni >100 kali
dengan kriteria sangat sehat, maka haltersebut menandakan KPRI Amal Bakti
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa
koperasi menyimpan persediaan dalam jumlah yang besar, sehingga koperasi tidak
mampu mengelola persediaan yang dimiliki dengan baik.
Dari hasil perolehan
rasio aktivitas yaitu Total Assets Turn
Overpenelitian sekarangdapat dikatakan tidak sejalan dengan penelitian
Isnawati (2012) karena mendapat hasil perhitungan Total Assets Turn Overdengan kriteria sangat sehat sedangkan
penelitian sekarang mendapatkan hasil perolehan kinerja yang buruk.
b. Working Capital Turn
Over
Dalam menganalisis rasio aktivitasyang
terdiri dari Working Capital Turn Overkoperasi selama periode 2011-2014 mengalami
peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 mendapatkan
hasil sebanyak 0,37 kali. Tahun 2012 mengalami penurunan dengan
hasil sebanyak 0,33 kali. Tahun 2013
mengalami peningkatan dengan hasil sebanyak 0,37 kali. Kemudian tahun 2014 mengalami
penurunan dengan hasil sebanyak 0,32
kali. Hasil
perhitungan analisis rasio dari periode 2011-2014 menyatakan semua angka rasio yang
berada pada kriteria standar penilaian kinerja keuangan koperasi yang tidak
ideal yakni >25kalidengan kriteria buruk, makaWorking
Capital Turn Over yang dimiliki
koperasi dikatakan buruk karena menghasilkan perolehan yang jauh dari standar
pengukuran kinerja keuangan. Dengan demikian
hasil analisis Working
Capital Turn Overbelum
dapat memenuhi standar kinerja keuangan koperasi yang sangat ideal yakni >100
kali dengan kriteria sangat sehat, maka haltersebut menandakan KPRI Amal Bakti
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa
modal kerja yang dimiliki koperasi sedikit mampu menghasilkan penjualan.
Dari hasil perolehan
rasio aktivitas yaitu Working Capital
Turn Overpenelitian sekarangdapat dikatakan tidak sejalan dengan penelitian
Isnawati (2012) karena mendapat hasil perhitungan Working Capital Turn Overdengan kriteria sangat sehat sedangkan
penelitian sekarang mendapatkan hasil perolehan kinerja yang buruk.
4.2.4. Rasio Profitabilitas
a. Return On Asset
(ROA)
Dalam
menganalisis rasio profitabilitasyang terdiri dari Return On Assets (ROA)koperasi selama periode
2011-2014 mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun.Tahun
2011 mendapatkan hasil sebesar 2,88% yang diartikanmasih berada pada kriteria
standar penilaian kinerja keuangan koperasi yang tidak ideal yakni <4% dengan kriteria buruk. Tahun 2012 mengalami peningkatan
dengan mendapatkan hasil sebesar 7,63% yang diartikanmasih
berada pada kriteria standar penilaian kinerja keuangan koperasi yang kurang idealyakni 4%-7%dengan kriteria kurang sehat. Tahun 2013 mengalami
peningkatan kembali denganmendapatkan hasil sebesar 8,62%yang
diartikan masih berada pada kriteria standar penilaian kinerja keuangan
koperasi yang cukup ideal yakni 8%-11%
dengan kriteria cukup sehat. Kemudian 2014 mengalami penurunan dengan mendapatkan
hasil sebesar 6,06% yang diartikan masih berada pada
kriteria standar penilaian kinerja keuangan koperasi yang kurang idealyakni 4%-7% dengan kriteria kurangsehat. Dengan
demikian hasil analisis Return On Assets
(ROA) belum dapat memenuhi standar kinerja keuangan koperasi yang sangat
ideal yakni >15% dengan kriteria sangat sehat maka haltersebut menandakan KPRI Amal Bakti Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Baratmasih belum
mengoptimalkan kemampuan dalam
menghasilkan keuntungan berdasarkan tingkat asset tertentu.
Dari hasil perolehan
rasio profitabilitas yaitu Return On
Asset (ROA)dapat dikatakan sejalan
dengan semua penelitian terdahulu yakni dari penelitian Ni’mah (2011) yang
mendapat hasil perhitungan Return On
Asset (ROA)dengan kriteria cukup
sehat. Kemudian penelitian dari Prawitasari (2011) yang mendapat hasil
perhitungan Return On Asset (ROA)dengan kriteria kurang sehat.
Penelitian dari Budiarti (2013) mendapat hasil perhitungan Return On Asset (ROA)dengan
kriteria kurang sehat. Dan dari penelitian Rusieni (2013) menghasilkan Return On Asset (ROA)dengan kriteria buruk.
b. Return On Equity
(ROE)
Dalam
menganalisis rasioprofitabilitasyang terdiri dari Return On Equity (ROE)koperasi selama periode
2011-2014 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2011 mendapatkan
hasil sebesar 3,82%yang diartikan masih berada pada standar
penilaian kinerja keuangan koperasi yang tidak ideal yakni <4% dengan kriteria buruk. Tahun 2012 mengalami
peningkatan dengan mendapatkan hasil sebesar 9,95%yang diartikan belum
memenuhi kriteria standar penilaian kinerja keuangan koperasi yang cukup ideal yakni 8%-11% dengan kriteria cukup sehat. Tahun 2013
mengalami peningkatan kembali dengan mendapatkan hasil sebesar 10,77%yang
diartikanmasih berada pada kriteria
standar penilaian kinerja keuangan koperasi yang cukup idealyakni 8%-11% dengan kriteria cukup sehat. Kemudian
tahun 2014 mengalami penurunan dengan mendapatkan hasil sebesar 7,96%yang diartikan masih
berada pada kriteria standar penilaian kinerja keuangan koperasi yakni yang kurang ideal 4%-7% dengan kriteria kurang
sehat. Dengan demikian hasil analisis Return
On Equity (ROE) belum dapat memenuhi standar kinerja keuangan yang sangat
ideal yakni >15%dengan kriteria sangat sehat maka haltersebut menandakan KPRI Amal Bakti
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Baratbelum melakukan
kinerja operasional secara maksimal mengenai keuntungan yang dihasilkan dengan
penggunaan modal yang dimiliki koperasi tidak relatif stabil pertahunnya.
Dari hasil perolehan
rasio profitabilitas yaitu Return On
Equity (ROE)dapat dikatakan
sejalan dengan penelitian Budiarti (2013) yang mendapat hasil perhitungan Return On Equity (ROE)dengan kriteria kurang sehat. Kemudian penelitian dari Ni’mah
(2011) sejalan dengan penelitian sekarang yang mendapat hasil perhitungan Return On Equity (ROE)dengan kriteria cukup sehat. Penelitian dari Prawitasari
(2011) sejalan dengan penelitian sekarang yang mendapat hasil perhitungan Return On Equity (ROE)dengan kriteria buruk. Dan dari penelitian Rusieni (2013)
menghasilkan Return On Equity (ROE)dengan kriteria sangat sehat maka
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang sekarang.
BAB
V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan pada bab IV, maka kesimpulan yang dapat diambil
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Rasio
Likuiditas yang dicapai KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Barat dari periode 2011-2014 mengalami peningkatan dan
penurunan, dimanasemua hasil perolehan Current Ratiomenghasilkankriteria
burukdenganmenyatakanperolehan yang berada pada standar penilaian kinerja
keuanganyang tidak ideal yakni <100% atau >200%. SedangkanQuick Ratio menghasilkankriteria buruk
jugadenganmenyatakan semua hasil perolehan berada pada standar penilaian
kinerja keuanganyang tidak ideal yakni <100% atau >200%.
73
|
3. Rasio
Aktivitas yang dicapai KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Barat dari periode tahun 2011-2014 mengalami peningkatan
dan penurunan, dimana hasil perolehan Total
Assets Turn Over menghasilkan kriteria kinerja yang buruk karena menyatakan
semua perolehan jauh berada di bawah standar pengukuran kinerja keuangan yang
tidak ideal yakni <25 kali. Sedangkan hasil perolehan Working Capital Turn Over menghasilkan semua kriteria kinerja yang
buruk karena menyatakan semua perolehan jauh berada di bawah standar pengukuran
kinerja keuangan yang tidak ideal yakni <25 kali.
4. Rasio
Profitabilitas yang dicapai pada KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat dari periode tahun 2011-2014 mengalami
peningkatan dan penurunan, dimana hasil perolehan Return On Assets (ROA)mendapatkan hasil rasio yang berbeda setiap
tahunnya yakni di tahun 2011 menghasilkan kriteriayang berada pada standar yang tidak
ideal yakni <4% dengan
kriteria buruk. Tahun 2012 menghasilkan kriteria kurang sehat yakni berada pada
standar yang kurang ideal yaitu 4%-7%. Tahun 2013 menghasilkan kriteria cukup
sehat yakni berada pada standar yang cukup ideal yaitu 7%-10%. Kemudian tahun
2014 menghasilkan kriteria cukup sehat yakni berada pada standar yang kurang
ideal yaitu 4%-7%. Dengan demikian hasil analisis Return On Assets (ROA) belum dapat memenuhi standar kinerja
keuangan koperasi yang sangat ideal yakni >15% dengan kriteria sangat.Sedangkan
hasil perolehan Return On Equity(ROE)mendapatkan
hasil rasio yang berbeda setiap tahunnya yakni di tahun 2011menghasilkan kriteria buruk yakni berada
pada standar yang tidak ideal yaitu <4%. Tahun 2012 menghasilkan kriteria cukup
sehat yakni berada pada standar yang cukup ideal yaitu 8%-11%. Tahun 2013 menghasilkan
kriteria cukup sehat yakni berada pada standar yang cukup ideal yaitu 8%-11%.
Kemudian tahun 2014 menghasilkan kriteria kurang sehat yakni berada pada
standar yang kurang ideal yaitu 4%-7%. Dengan demikian hasil analisis Return On Equity (ROE) belum dapat
memenuhi standar kinerja keuangan yang sangat ideal yakni >15% dengan kriteria
sangat sehat.
5.2.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis mencoba memberikan saran-saran
yang diharapkan berguna bagi KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Barat:
1. KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat sebaiknya memanfaatkan kas dan
tidak menyimpan persediaan dalam jumlah yang besar, sehingga koperasi mampu
mengelola persediaan yang dimiliki dengan baik dalam kegiatan operasional dalam
menghasilkan keuntungan sehingga dalam membayar kewajiban lancar, aktiva lancar
tidak mengalami penumpukan yang berlebihan. Serta mengefektifkan modal kerja
yang dimiliki koperasi untuk menghasilkan penjualan.
2. KPRI Amal Bakti Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Nusa Tenggara Baratsebaiknya lebih mengoptimalkan kemampuan dalam menghasilkan keuntungan berdasarkan aktivanya
dan
melakukan kinerja operasional secara maksimal mengenai keuntungan yang
dihasilkan sehingga penggunaan modal yang dimiliki koperasi relatif stabil
pertahunnya.
3.
Untuk penelitian selanjutnya
diharapkan dalam penelitiannya untuk menambahkan rasio keuangan secara
keseluruhan dalam penelitiannya dengan harapan bisa mendapatkan hasil yang
lebih baik dan bisa dijadikan sebagai pembanding dengan hasil penelitian
sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar